PALANGKA RAYA – Berdasarkan penghitungan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Kalteng (Kalteng) mencatat kondisi ekonomi di daerah itu per April 2016 lalu secara keseluruhan mengalami deflasi sebesar 0,53 persen. Ini berarti Kalteng untuk tahun ini sudah mengalami deflasi 4 bulan berturut-turut.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Bidang Ekonomi Moneter Setian mengatakan, komoditis menyumbang deflasi dari makanan seperti ayam ras. Selain itu, deflasi juga diprediksi akibat penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) yang diiringi penurunan sejumlah kebutuhan pokok dipasaran.
Kendati demikian pihaknya tidak mau berbangga atas angka deflasi itu. Pasalnya komoditas bawang merah patut diwaspadai kondisi peredarannya.
“Sekalipun secara keseluruhan Kalteng deflasi, namun komoditas ini menjadi penyebab inflasi pada dua daerah di Kalteng yakni Palangka Raya dan Kotawaringin Timur,” kata Setian, Selasa (3/5).
Ia menyebut, dari seluruh provinsi, Kalteng masuk peringkat 12 dengan angka deflasi yang cukup baik. Ini juga menandakan kalau perekonomian cukup baik.
Kepala Seksi Hortikultura, Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kalteng Dewi Erowati yang juga hadir pada kesempatan itu menjelaskan bahwa inflasi akibat bawang merah itu dikarenakan dana APBN untuk petani menanam bawang merah di Kalteng belum juga direalisasikan.
“Memang pemerintah untuk tahun ini sudah memprogramkan pengembangan bawang merah. Pada awal tahun rencannya luas lahannya 81 hektar, tapi ada revisi penambahan pertanahan menjadi 61 hektare dari dana APBN dan 35 hektare dari dana APBD jadi totalnya 96 hektare,” ungkapnya
Ia menyebutkan, perubahan akibat revisi itu jelas berpengaruh khususnya dalam pengadaan bibit. Ini kemudian menyebabkan Kalteng yang awalnya diprediksi panen bawang merah pada bulan Juni dan menjelang lebaran terpaksa tertunda akibat revisi itu.
Lebih lanjut dia mengatakan untuk budidaya bawang merah menggunakan dana APBN ada di Kabupaten Barito Utara 1 hektare, Kapuas dan Kotawaringin Timur masing-masing 30 hektar dengan total 61 hektare. Sementara untuk penggunaan dana APBD ada di Kabupaten Barito Timur, Barito Selatan, Seruyan, Palangka Raya, Murung Raya, Pulang Pisau dan Katingan dengan total 35 hektare.
“Bahkan untuk sekarang ini masih proses lelang karena dana APBN lebih besar dari Rp200 juta. Tapi kami yakin minggu ketiga dan keempat bulan Mei ini dana itu sudah mulai disalurkan ke petani,” jelasnya. (sho/vin)