SAMPIT– Keseriusan pemerintah membina atlet olahraga di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) patut dipertanyakan. Pasalnya, prestasi olahraga yang diraih sejumlah atlet cabang olahraga tertentu nyaris tak dihargai. Uang pembinaan atlet setiap tahun terus berkurang.
”Seperti halnya pelaksanaan Gubernur Cup belum lama ini. Hadiah uang pembinaan yang diberi sangat tidak sesuai dengan kegiatan yang level provinsi. Bahkan, uang pembinaan tidak bisa digunakan untuk mengganti satu alat olahraga atlet,” kata Ketua Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI) Kabupaten Kotim Ahyar, Rabu (1/6).
Ahyar mengungkapkan, besar hadiah yang diberikan kepada juara satu tenis meja kelompok umur 15 tahun ke bawah hanya Rp 500 ribu. Padahal, biaya pendaftaran dipatok sebesar Rp 100 ribu. Belum lagi biaya operasional.
”Hadiah Rp 500 ribu, potong biaya pendaftaran sisa Rp 400. Sekarang, harga karet raket tenis meja itu Rp 750 ribu. Apakah sebanding dengan hadiah yang diberikan? Inilah yang menurut saya, prestasi atlet di Kalteng dan Kotim, khususnya, belum dihargai setimpal dengan jerih payah mereka. Setidaknya minimal uang hadiah dapat mengganti alat olahraga milik atlet,” ujarnya.
Minimnya perhatian terhadap olahraga di Kotim, lanjutnya, juga terlihat saat Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kotim melaksanakan pekan olahraga pelajar. Atlet dari seluruh sekolah turut serta. Bahkan, sekolah di luar kota juga ikut hadir. Setelah menang, tambahnya, panitia tidak memberikan uang pembinaan, hanya kertas piagam. Panitia beralasan tidak ada anggaran.
”Hal ini lucu menurut saya. Betapa menurunnya geliat olahraga di Kotim dan Kalteng. Bahkan, kegiatan olahraga selevel provinsi hadiahnya sama dengan tingkat RT. Bahkan, hanya diberikan secarik kertas piagam. Betapa tidak dihargainya kerja keras para atlet,” katanya.
Lebih lanjut dia mengatakan, anggaran pembinaan atlet di Kotim tahun ini yang dikelola KONI juga jauh kecil untuk pembinaan. Sebelumnya anggaran yang diusulkan sebesar Rp 5 miliar, namun dipangkas dan hanya disetujui Rp 1,5 miliar.
”KONI saat ini membawahi 22 cabang olahraga, dengan anggaran tersebut setiap satu cabang hanya menerima anggaran sekitar Rp 68 juta. Untuk sekali turnamen saja sangat pas-pasan. Bagaimana untuk membiayai pembinaan para atlet,” katanya.
---------- SPLIT TEXT ----------
Menurutnya, anggaran KONI hampir setiap tahun berkurang. Pada 2015 sebesar Rp 2,8 miliar dan berkurang tahun ini menjadi Rp 1,5 miliar. Hal tersebut berimbas pada kegiatan olahraga dan pembinaan atlet. ”Lucu dan mimpi jika Kotim ingin kembali lagi pada era kejayaan olahraga seperti tahun-tahun sebelumnya, jika tidak didukung anggaran. Membina atlet memerlukan dana. Pengkaderan para atlet harus dimulai sejak usia dini. Bahkan, anggaran KONI hingga pertengahan tahun ini saja belum ada yang cair,” ujarnya.
Ahyar menuturkan, prestasi olahraga Kotim saat ini berada di urutan empat, di bawah Katingan. Sebelumnya Kotim berada di urutan dua, di bawah Kota Palangka Raya pada pekan olahraga provinsi.
”Semoga dengan dilantikanya Gubernur dan Wakil Gubernur Kalteng yang baru ini dapat memberikan semangat baru untuk dunia olahraga Kalteng dan Kotim ke depannya. Semoga dengan kepemimpinan gubernur muda, gelora olahraga juga kembali menggeliat,” pungkasnya. (dc/ign)