SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Kamis, 02 Juni 2016 16:55
Miris, Penyakit Ini Gerogoti Masa Kecil Wahyu, Dokter Babat Habis Usus Besarnya
PERLU BANTUAN: Wahyu Putra saat ditemui di rumah sakit. Operasi ketujuhnya tertunda lantaran kekurangan dana. (FOTO: DEVITA MAULINA/RADAR SAMPIT)

Operasi ketujuh menanti bocah tujuh tahun itu. Dia dibekap penyakit hipstrung sejak dilahirkan. Enam operasi sebelumnya ternyata tak cukup menormalkan sistem tubuh kecilnya.

Wahyu Putra kehilangan masa kanak-kanaknya. Masa bermain dengan sejawat. Masa-masa itu berganti dengan rasa sakit. Luka bekas operasi membuatnya hanya bisa terkulai lemas di ranjang rumah sakit.

Di usianya yang baru tujuh tahun itu, Wahyu sudah menjalani enam kali operasi. Penyakit hipstrung menjadi biang keroknya. Penyakit yang sudah menyanderanya sejak meretas tangis di muka bumi.

Penyakit itu membuat dokter terpaksa membabat habis usus besarnya. Yang tersisa hanya usus halus sepanjang 25 centimeter. Organ itulah yang membuatnya bertahan hidup. Tentu dipompa semangat dan kasih sayang orangtuanya.

”Adik (Wahyu) sudah sakit bawaan lahir,” tutur ibunda Wahyu, Wiwi Siskawati saat ditemui di ruang ICU RSUD dr Murjani.

Ususnya, kata Wiwi, seperti ada penyumbatan. Harus dioperasi. Gejala penyakit itu sebenarnya tampak saat Wahyu baru berusia 22 hari. ”Sampai sekarang sudah enam kali dioperasi,” sambung dia.

Setelah ini, rencananya, Wahyu menjalani operasi lagi. Tapi masih menunggu kondisi tubuhnya memungkinkan.

Sejak 24 Maret 2016 lalu Wahyu telah menjalani perawatan di rumah sakit. Sembari menunggu rujukan untuk menjalani operasi yang ketujuh.

Karena sudah tidak mempunyai usus besar, sistem pencernaan Wahyu tertumpu pada usus kecil. Hal ini membuat tubuhnya kesulitan menyerap nutrisi dari makanan yang dikonsumsi. Walhasil, semakin hari tubuh Wahyu semakin lemah. Berat badannya pun terus susut.

”Selain kondisi tubuhnya masih lemah, bekas infusnya juga masih bengkak. Setiap hari mesti ganti infus, dan untuk menemukan pembuluh darahnya itu enggak bisa langsung dapat. Perlu beberapa kali, kadang bisa sampai 10 kali baru dapat pembuluh darahnya,” lanjut Siska.

---------- SPLIT TEXT ----------

Sesuai instruksi dokter, Wahyu masih harus dioperasi sekali kali lagi. Tapi kedua orangtuanya meminta waktu untuk menunda operasi disebabkan belum punya biaya. Hal itu disetujui oleh dokter. Dengan syarat tidak ada perubahan drastis pada tubuh Wahyu seperti yang pernah terjadi sebelumnya, saat usus halusnya yang membuatnya harus naik meja operasi. Kalau hal itu terjadi, mau tidak mau Wahyu harus segera dirujuk ke rumah sakit di Jawa.

”Untuk membayar biaya operasi dan ongkos ke sana itu kami enggak punya. Operasi yang ditanggung BPJS kan baru dua kali terakhir ini saja. Yang sebelumnya kami bayar sendiri. Dia masuk rumah sakit saja sudah berkali-kali, dan operasi enam kali itu semua juga kan perlu biaya,” ucap Wiwi.

Siska tidak tahu lagi ke mana harus mencari biaya untuk pengobatan anaknya. Dia hanya seorang ibu rumah tangga tanpa penghasilan. Gaji suaminya, Sulistiono, yang bekerja sebagai tenaga honorer di salah satu instansi pemerintah pun tidak akan cukup untuk membiayai akomodasi mereka selama mengantar Wahyu untuk operasi di Jawa.

Wiwi hanya mampu berdoa untuk kesembuhan anaknya. Dan berharap adanya bantuan dari masyarakat, khususnya pemerintah, untuk biaya operasi anaknya nanti. (rm73/dwi)


BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 22:17

Dishub Diminta Tambah Traffic Light

<p><strong>PALANGKA RAYA</strong> &ndash; DPRD Kota Palangka Raya menilai sejauh…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers