SAMPIT - Sejumlah pedagang di Pusat Kuliner Ramadan, kawasan Taman Kota Sampit, mengaku rugi lantaran sepi. Mereka berharap pemerintah daerah memperbolehkan pedagang berjualan di pinggir jalan demi menutup kerugian selama ini.
Siti Wahidah (43), pedagang buah di Pusat Kuliner Ramadan, meminta kepada Pemkab Kotim untuk memikirkan nasib mereka yang sudah mengalami kerugian puluhan juta rupiah. Banyak pedagang buah-buahan yang tidak berjualan lagi, karena tidak ada pembeli.
Siti berharap ada solusi dari Pemkab Kotim, yakni memberi kesempatan pedagang di Pusat Kuliner Ramadan untuk berjualan di pinggir jalan. ”Di luar enak, mereka pakai pikap, banyak pembeli. Sisanya saya sendiri yang jualan buah di sini (Pusat Kuliner Ramadan),” jelas Siti Wahidah, Senin (20/6).
Sementara itu Kamini (53) mengaku buahnya sudah banyak yang busuk. Awalnya dia berjualan di sekitar Inhutani menggunakan pikap. Namun saat Ramadan diwajibkan jualan di Pusat Kuliner.
”Jika diberitahu dahulu akan seperti ini, harus berjualan di Pusat Kuliner Radaman, kami tidak ambil buah. Sekarang sudah busuk semua,” ujarnya.
Kerugian Kamini mencapai puluhan juta, buah naga saja yang busuk seharga Rp 2,5 juta. Padahal, setiap puasa biasanya ramai, tapi sekarang malah sepi.
”Saya tidak ada tempat lagi, mau balik jualan di Inhutani tidak dibolehkan. Biasanya saya mendapat penghasilan dua sampai tiga juta. Tapi di Pusat Kuliner Radaman, hanya Rp 130 ribu, itu juga jika ada pembeli. Kami sudah menyampaikan kepada wabup,” ujar Kamaini.
Kasatpol PP Kotim Rihel mengatakan, tidak akan membiarkan pedagang buah berjualan di luar Pusat Kuliner Ramadan hingga ada keputusan baru dari pemerintah daerah.
”Kami ini hanya melaksanakan eksekusi. Kamis (16/6), pedagang memang ada menghadap ke bagian ekonomi Pemda Kotim, dan saya sudah dikabari hal itu, akan tetapi saya juga harus menunggu keputusan dari instasi terkait,” terang Kasatpol PP Kotim Rihel. (mir/yit)