Musibah bisa datang kapan saja, menimpa siapa saja, dan merenggut apa saja. Itu juga yang dialami Jupriansyah. Toko emas, toko jam tangan dan aksesorisnya, hingga uang tunai miliknya tak ada yang selamat dari kebakaran.
Pria itu tampak lesu. Matanya berkaca-kaca menatap rumah dan toko miliknya yang berubah menjadi arang sisa jilatan api. Dia menatap sekeliling, menyapukan pandangan pada warga yang mengais puing-puing, mencoba menemukan emas di lokasi kebakaran.
Kebakaran hebat di kompleks Pasar Sangai, Kecamatan Antang Kalang, Kamis (30/6) siang itu memang mengejutkan. Tak terkecuali buat Jupriansyah, pemilik toko emas di sana.
Musibah itu sontak merenggut semua yang dia punya. Merampas milik sebagian besar warga di sana. Warga yang sebelumnya tergolong berada, kini tak memiliki apapun. Kecuali pakaian yang melekat di badan. Harta miliaran rupiah terbakar tak tersisa.
Hitungan kasar Jupriansyah menemukan angka Rp 300 juta yang direnggut kebakaran itu dari dirinya. Itu berupa uang dan emas di toko miliknya. Peristiwa mendadak itu membuatnya tak mampu menyelamatkan harta benda.
”Saat kebakaran mulai merembet ke bangunan di samping rumah saya, tidak terpikir lagi untuk menyelamatkan harta benda,” imbuhnya kepada Radar Sampit, Jumat (1/7) kemarin.
”Yang saya pikir saat itu bagaimana caranya menyelamatkan anak-anak saya, empat orang yang ketika kejadian juga ada dalam rumah dan di lantai dua, sambung Jupriansyah.
Jika ditotal, kerugiannya dan saudaranya mencapai Rp 1,05 miliar. Terdiri dari emas dan sejumlah uang tunai. Sebab, selain toko emas, Jupriansyah juga menjual jam tangan dan aksesorisnya.
”Punya saya lebih dari Rp 300 juta, dan kakak ipar saya nilainya Rp 700 juta lebih. Semuanya habis tidak ada sisa, semuanya di situ,” ujar Jupriansyah.
---------- SPLIT TEXT ----------
Kebakaran hebat tersebut melalap sampai ke bangunan miliknya yang berjarak lebih dari 30 meter dari sumber api itu dalam tempo kurang dari 15 menit. Ketika itu tidak ada pemadam kebakaran yang hadir. Mereka hanya memanfaatkan mesin penyedot air (alkon) manual. Itupun tidak bisa berbuat banyak. Selang airnya pun ikut terbakar.
Kejadian itu diakui seperti mimpi. Dia masih tak menyangka musibah datang dan menimpa mereka. Kini dia hanya berharap bantuan dari pemerintah.
”Jujur, sampai saat ini saya belum ada makan. Katanya ada bantuan dari pemerintah tetapi belum disalurkan, jadi saya coba numpang tidur dan makan di tempat keluarga dulu,” ujarnya.
Segendang sepenarian, pria berusia lanjut bernama Dewan, juga harus kehilangan tempat tinggalnya dalam kejadian itu. Kerugian materi ditaksir ratusan juta rupiah. Termasuk perangkat bangunan untuk sarang burung walet yang baru dibelinya, hangus tak tersisa.
Api, kata Dewan, tak perlu waktu lama melalap habis bangunan miliknya. Semua terasa di luar kemampuan, termasuk menyelamatkan apa yang dipunya.
”Kalau kejadian ini malam hari, saya yakin pasti ada yang akan mati terbakar, karena api sangat cepat sekali membakar bangunan ini,” kata dia. (ang/dwi)