SAMPIT – Penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun ajaran 2016-2017 telah selesai. Berdasarkan penelusuran Radar Sampit (Sampit.prokal.co), terindikasi masih ada beberapa sekolah negeri yang menambah kuota penerimaan siswa baru melebih dari pembagian kuota yang telah disusun oleh Dinas Pendidikan (Disdik) Kotawaringin Timur. Hal ini membuat sekolah swasta resah karena tidak kebagian siswa baru.
”Sekolah yang menambah kuota siswanya itu jelas sudah melanggar prosedur. Dari dinas kan sudah ada edaran pembagian rombel setiap sekolah, tapi masih aja ada yang melanggar. Bukan apa-apa, tapi kasihan sekolah swasta tidak kebagian siswa kalau semuanya diambil sekolah negeri. Ada beberapa sekolah swasta yang jumlah siswa barunya di bawah 20 orang, kan kasihan. Kalau begitu terus, sekolah swasta bisa ditutup,” ungkap salah seorang kepala MTs Swasta di Sampit.
Ada beberapa sekolah negeri yang diketahui mendapat jatah 288 siswa baru atau setara delapan kelas. Kenyataannya, jumlah siswa yang diterima di atas 300 orang.
Menurut pagu yang ditentukan pemerintah, setiap kelas maksimal menampung 36 siswa. Jika satu sekolah dengan jatah delapan kelas menerima di atas 300 siswa, berarti setiap kelas lebih dari 36 siswa. Jumlah siswa dikelas akan melebihi standar ideal.
Sementara itu di beberapa sekolah swasta justru sebaliknya, jumlah siswa mereka ada yang di bawah 20 orang. Jatah rombel mereka yang rata-rata hanya 1 sampai 2 kelas saja tidak bisa terpenuhi.
”Kalau saya lihat sekolah swasta sudah semaksimal mungkin meningkatkan kualitas sekolah, bahkan mereka sampai melakukan sistem jemput bola. Tapi kalau sekolah negeri selalu memberi peluang, pasti akan diburu masyarakat. Alangkah baiknya apa yang sudah ditetapkan oleh dinas, masalah kuota siswa itu diikuti, agar tidak menimbulkan bermacam masalah,” lanjutnya.
Sementara di SMP PGRI 1 Sampit, pada tahun ajaran 2016-2017 hanya mendapat pembagian satu rombel atau setara dengan 36 siswa. Tapi sampai tahun ajaran baru dimulai, jumlah siswa baru yang masuk hanya 16 orang.
Kepala SMP PGRI 1 Sampit Anjar Subiantoro mengatakan, pengaturan kuota siswa baru merupakan wewenang disdik. Kalaupun ada yang tidak sesuai, disdik tentu akan mengambil tindakan.
”Yang penting kami dari pihak sekolah akan tetap berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang penerimaan siswa baru. Kalau ternyata siswa yang mendaftar baru sedikit ya itulah yang harus kami syukuri. Memang untuk penerimaan siswa baru tahun ini ada penurunan, kalau tahun lalu target siswa baru itu bisa kami capai. Mudah-mudahan tahun depan target siswa baru kami bisa kembali tercapai,” ujar Anjar.
---------- SPLIT TEXT ----------
Pihaknya akan berusaha lebih keras untuk bisa mempromosikan dan menunjukan kepada masyarakat bahwa sekolah swasta juga sama bagusnya dengan sekolah negeri. Bahkan fasilitas yang disediakan pun tergolong di atas kemampuan sebagian sekolah negeri. Misalnya, ruangan sudah berpendingin udara (AC), dilengkapi wi fi, LCD proyektor, dan sound sistem. Sekolah juga dilengkapi dengan kegiatan extra kulikuler seperti drumband, seni budaya, dan lain-lain.
Sementara itu SMPN 1 Sampit yang mendapat jatah 288 siswa, tapi jumlah siswa yang diterima mencapai 295 orang. Dari pagu yang ditentukan pemerintah satu kelas maksimal 36 siswa, sedangkan di sekolah tersebut rata-rata 37 siswa.
Kepala SMPN 1 Sampit Maspa S. Puluhulawa menampik tudingan bahwa sekolahnya melakukan penambahan rombel atau kuota siswa. Jumlah ini dia anggap masih dalam bentuk kewajaran. Dan hal ini pun dilakukan karena desakan dari orangtua siswa yang menginginkan anak mereka masuk di sekolah tersebut.
”Kami juga kasihan dengan sekolah-sekolah swasta kalau enggak kebagian murid. Jadi walau pada saat pendaftaran itu banyak yang mengajukan, tidak kami terima semua. Paling hanya kami lebihkan satu orang satu kelas dari kuota yang ditentukan. Kan masyarakat itu banyak yang berminat bahkan melakukan berbagai macam usaha agar anak mereka bersekolah di sini, kami dari pihak sekolah jadi serba salah. Makanya mau tidak mau kami menambah kuota penerimaan siswa di sekolah ini,” tutur Maspa.
Menurutnya, kejadian seperti ini bukan sepenuhnya salah sekolah negeri, melainkan pola pikir masyarakat yang menganggap sekolah negeri lebih baik daripada sekolah swasta. Siswa pun berbondong-bondong mendaftarkan di sekolah negeri. Sebenarnya, kata Maspa, kelebihan siswa justru menjadi beban pihak sekolah, karena fasilitas dan jumlah guru tidak akan cukup.
Sementara itu Kepala Disdik Kotim Suparmadi enggan berkomentar saat dikonfirmasi mengenai adanya sekolah yang melebihi kuota. Menurutnya, hal tersebut berhubungan langsung dengan minat masyarakat, sehingga mereka pun tidak bisa sepenuhnya mengatur hal tersebut. (vit/yit)