SAMPIT – Kesadaran masyarakat mengikuti program keluarga berencana (KB) di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) kian tinggi. Terutama dalam mengatur jarak kelahiran menggunakan alat kontrasepsi. Warga menyadari pentingnya mengendalikan kehamilan untuk membatasi jumlah anak.
Di Kecamatan Cempaga, masyarakat antusias mengikuti pemasangan implan gratis yang dilakukan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kotim. ”Kegiatan pemasangan implan ini merupakan salah satu program KB. Implan merupakan alat kontrasepsi dengan jangka waktu panjang mencapai tiga tahun," kata Wiyono, Kabid KB dan KS BPPKB Kotim, Selasa (9/8).
Pada pemasangan implan di dua desa, yakni Desa Patai dan Desa Cempaka Mulia Barat (CMB), banyak warga yang datang. Menurutnya, selama ini Kecamatan Cempaga sering melaksanakan pemasangan implan. Kesadaran masyarakat di kecamatan tersebut pentingnya manfaat keluarga berencana sangat tinggi, sehingga banyak yang berminat. Selain itu, didukung keaktifan BPPKB Cempaga dan kader perempuan untuk mencari akseptor.
”Untuk Kecamatan Cempaga, di tahun ini sudah dua kali melaksanakan pemasangan implan. Bergantian setiap desa," jelasnya.
Dari dua kali kegiatan pemasangan implan, lanjut Wiyono, ada 87 akseptor atau pengguna alat kontrasepsi yang mengikuti kegiatan itu. Jumlah itu tersebar di Desa Patai 47 akseptor dan Desa CMB 41 akseptor. Pemasangan implan dilaksanakan gratis.
---------- SPLIT TEXT ----------
Sementara itu, Kepala UPT BPPKB Kecamatan Cempaga Hartoyo mengatakan, pelaksanaan pemasangan implan di Desa Patai dipusatkan di Poskesdes Patai, sementara Desa CMB di puskesmas. Di Desa Patai meliputi warga Luwuk Ranggan dan Rubung Buyung, sementara di Desa CMB warga dari Desa Sungai Paring, Cempaka Mulia Timur, Luwuk Bunter, dan Desa Jemaras.
Alat kontrasepsi dengan pemasangan implan memang sedang populer di kalangan masyarakat, khususnya ibu-ibu. Pasalnya, pemasangannya sebentar dan tidak sakit, serta jangka waktu berlakunya cukup panjang, yaitu sampai tiga tahun.
”Implan ini jangka waktunya sampai tiga tahun. Kalau pil KB dan suntik harus bolak-balik ke bidan terus. Anak saya juga sudah tiga, susah kalau punya anak lagi," ucap Incih, salah seorang warga Cempaga. (vit/ign)