PALANGKA RAYA- Anjing memang sudah ditakdirkan menjadi sahabat manusia. Perilakunya yang setia dan lucu menggambarkan arti persahabatan yang sebenarnya. Sayangnya, tidak sedikit orang yang mengabaikan. Hewan itu dibiarkan begitu saja tanpa kasih sayang.
Persahabatan dan kasih sayang menjadi pondasi berdirinya Rumah Singgah Anjing Terlantar di Kota Palangka Raya. Resmi berdiri 26 Juni 2016, di tempat inilah bisa mendapat kasih sayang. Tak ada niat lain, hanya hikmah yang ingin diambil dari merawat anjing terlantar itu.
Berdirinya Rumah Singgah ini sangat unik. Pada awal Juni 2016, Agung Priantoko dan isterinya Testi Priscilla, menemukan seekor anjing betina kecil dengan bulu belang putih hitam.
Anjing malang ini berkeliaran di sekitaran Jalan Tingang dan hampir ditabrak mobil saat akan menyeberang. Anjing itu kemudian dibawa ke rumah Agung untuk dirawat sementara. Tidak lupa Agung melapor kepada Ketua RT setempat kalau-kalau ada yang merasa kehilangan anjingnya, supaya bisa mendatanginya dengan membawa bukti-bukti.
Penemuan anjing lucu itu menjadi perbincangan lebar. Kemudian menjadi bahan perbincangan pasangan suami isteri ini dengan Rizky R Badjuri, pemilik salah satu cafe di Palangka Raya yang juga aktif pada kegiatan sosial. Rizky pun menyarankan Agung membuka rumah singgah untuk menampung anjing terlantar.
Agung saat itu beralasan tidak memiliki keahlian menangani berbagai penyakit yang biasa ditemui pada anjing jalanan, karena dia memang bukan dokter hewan. Terlebih rumah Agung hanya sepetak kecil tanah dengan rumah tipe-36 yang berdiri di atasnya. Akan tetapi kata-kata Rizky membuat Agung terus kepikiran.
”Kenapa Tuhan tidak mengirim anjing kecil ini untuk diselamatkan oleh dokter hewan? Kenapa Tuhan malah mengirimnya ke kamu? Itu karena Tuhan tau kamu mampu dan mempunyai hati untuk merawat anjing tersesat ini. Masalah tempat, setiap makhluk memiliki rezekinya masing-masing. Jadi, jangan khawatir. Akan ada rezeki yang mengalir untuk anjing kecil ini yang bisa saja Tuhan berikan melalui kamu," ucap Rizky malam itu sambil menyeruput Kopi Jos, kopi yang dicemplungi arang panas.
---------- SPLIT TEXT ----------
Pulang dari tempat itu, Agung kembali berpikir. Apakah memang ini jalan yang dipilihkan untuk menyalurkan keprihatinannya melihat kondisi anjing liar di jalanan. Malam itu juga dia kemudian mengirimkan pesan via kepada Liberti Hia, pegiat pendidikan di Kalteng dan Kaltim, bahwa ia berpikiran membuka rumah singgah bagi anjing jalanan.
Masuknya Liberti dalam kisah itu berdampak cukup besar. Liberti yang juga vokal menyuarakan hak-hak hidup hewan langsung menyetujui pembentukan rumah singgah. Rizky yang mendengar persetujuan ini kemudian mengirimkan dana awal untuk pembuatan spanduk dan biaya makan bagi anjing kecil yang kemudian dinamai Putih ini.
Adanya Putih di rumah menyadarkan Agung, bahwa Putih bukanlah anjing pertama yang ia selamatkan dari jalanan. Sebelumnya, ada Nesta, anjing tangguh yang pagi-pagi buta muncul di belakang rumah bermain dengan Ramos, anjing pribadinya.
Nesta yang saat itu berusia kira-kira dua bulan tampaknya memiliki trauma kepada manusia. Namun, dengan pendekatan berkala, Nesta menjadi sangat loyal kepada Agung dan Testi. Ada pula Meme, anjing kecil yang ditelantarkan di depan kantor tempat Agung, bekerja dan kemudian di bawa pulang ke rumah.
”Tanpa saya sadari, anjing-anjing yang saya pelihara di rumah adalah anjing terlantar, kecuali Messi dan Ramos yang memang saya beli saat masih kecil. Dari situ saya berpikir, inilah saya bertindak lebih besar dengan memelihara dan menyelamatkan lebih banyak anjing terlantar. Sampai hari ini sudah ada 26 anjing terlantar yang saya pelihara," tutur Agung.
Giat berurusan dengan anjing jalanan itu bukan tanpa kendala. Agung sempat digigit anjing yang ia selamatkan di depan sekolah di Palangka Raya. Dua belas hari kemudian anjing itu meninggal. Mencurigai ketidakwajaran dalam perilakunya, jasadnya diautopsi dan ternyata positif rabies.
Untungnya informasi yang cepat diperoleh membuat penanganan kesehatan Agung juga cepat. Dia mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR) dari Rabies Center. Kendala lainnya muncul dari lingkungan rumah yang Agung dan isteri tempati. Saat pulang bekerja, Agung mendapati kaca jendela rumahnya pecah, namun pelaku tidak terekam kamera CCTV.
Kejadian itu kemudian dilaporkan kepada Ketua RT setempat dan didapati adanya desas-desus yang diembuskan bahwa rumah singgah memelihara anjing untuk pesugihan. Namun, masalah itu tidak berlangsung lama, difasilitasi Ketua RT, permasalahan kemudian bisa diselesaikan dengan baik dan damai.
Ajaibnya, rumah sepetak itu tidak pernah kelebihan muatan. Saat ada anjing yang sudah sehat dan ceria diadopsi, masih ada tempat lagi untuk menyelamatkan anjing lainnya.
”Kami memang hanya merawat anjing terlantar ini sampai sehat dan kembali memiliki kepercayaan kepada hewan lain dan kepada manusia. Makanya namanya rumah singgah. Setelah sehat akan kami carikan adopter, orang yang benar-benar sayang dan mampu memelihara anjing-anjing ini dengan layak," ujarnya.
Persyaratan ketat menjadi ujian utama bagi orang-orang yang ingin mengadopsi anjing dari Rumah Singgah Anjing Terlantar Palangka Raya. Ujian kembali terulang saat pihak rumah singgah mengagendakan kunjungan rutin setiap tiga bulan sekali untuk mengecek keadaan anjing yang diadopsi.
”Jadi, setelah lepas dari rumah singgah, bukannya kami juga lepas tangan. Kondisinya tetap kami pantau melalui kunjungan rutin, baik yang kami beritahukan dulu maupun kunjungan mendadak yang tidak kami informasikan," tuturnya.
Melihat keseriusan ini, mulailah bermunculan para donatur yang juga mencintai anjing. ”Pak Rizky menjadi donatur tetap kami yang mengirimkan dana setiap bulan. Kemudian muncul juga nama-nama lain yang peduli. Sampai saat ini ada tiga donatur tetap yang secara rutin mengirimkan dana. Ada pula donatur tidak tetap,” katanya.
Meski demikian, Agung menambahkan, dia tidak melulu berharap pada donasi. Dia juga juga mencari dana sendiri dengan cara berjualan kaos dan tanaman hijau dari hasil kebun di rumah singgah. ”Keuntungannya 100 persen untuk rumah singgah," tambah Agung.
Relawan juga bermunculan. Hingga kini ada 15 relawan maupun donatur yang terlibat dalam aktivitas rumah singgah. Terakhir, ada yang menggelar Street Feeding atau pemberian makan hewan jalanan. Rumah Singgah ini juga aktif di media sosial menyerukan hak ”teman berkaki empat” mendapatkan kasih sayang. (***/ign)