SAMPIT – Dua hari terakhir, api mengamuk di dua tempat berbeda. Senin (19/9) sekira pukul 19.30 WIB, satu rumah di Desa Pundu, Cempaga Hulu, dilalap si jago merah. Lima jam berselang, atau pada Selasa (20/9) sekitar pukul 01.15 WIB, empat rumah di Desa Bengkuang Makmur, MB Ketapang, yang menjadi korban.
Di Desa Pundu, rumah yang terbakar adalah milik Hartono (28). Lokasinya Jalan Tjilik Riwut Km 94 RT 17. Rumah dari kayu tersebut ludes terbakar dalam kurun waktu satu jam. Tidak ada korban jiwa.
”Kami tidak dapat memastikan dari mana asal api, namun korban sudah diminta keterangan oleh pihak berwajib. Kemungkinan meminta informasi terkait hal tersebut,” jelas Camat Cempaga Hulu Sukarnedi, Selasa (20/9).
Kerugian ditaksir sekitar Rp 35 juta. Pemadaman dilakukan oleh masyarakat dan dibantu satu mobil pemadam milik perusahaan. Kapolsek Cempaga Hulu Iptu I Gede Suarmayasa menjelaskan, asal api berasal dari lilin yang dinyalakan korban akibat pemadaman listrik di wilayah Cempaga Hulu.
”Kami sudah mengadakan rapat, mungkin nanti ada bantuan untuk korban kebakaran,” ujar Sukarnedi.
Di lain tempat, api yang berkobar melalap empat rumah yang terbuat dari kayu di Desa Bangkuang Makmur. Hanya dalam waktu 30 menit api dengan cepat meratakan bangunan tersebut. Lokasi kejadian memang sulit dijangkau mobil pemadam kebakaran.
”Adapun pemilik keempat rumah yakni Juwiah, Yana, Juliansyah, dan Sawiah. Rumah yang berada di tepian sungai tersebut dengan cepat dilalap api sehingga tidak banyak perabotan rumah yang dapat diselamatkan,” jelas Kepala Damkar Kotim Sunardi, Selasa (20/9).
Kepala Desa Bangkuang Makmur Lele Samsu menyampaikan bahwa tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. Namun, tak banya harta benda yang terselamatkan. Pemadaman kebakaran dilakukan dengan memaksimalkan alat pemadam desa dan dibantu masyarakat.
”Alat pemadam dari Sampit sebenarnya cepat datang, namun karena kondisi jalan yang lebarnya hanya dua meter sehingga tidak memungkinkan untuk masuk sampai ke lokasi kebakaran. Sehingga kami memaksimalkan alat pemadam desa saja untuk memadamkan,” jelas Lele saat dikonfirmasi.
Kejadian cukup cepat hanya sekitar 30 menit, karena saat muncul api juga langsung datang angin kencang sehingga api cepat merembet ke rumah di sampingnya. Api pertama terlihat dari rumah Juwiah, dari arah dapur.
”Saat kejadian Juwiah tidak ada di rumahnya, karena Juwiah sedang menginap di tempat anaknya. Rumah dalam keadaan kosong, sehingga kami juga tidak berani memastikan dari mana asal api tersebut,” ujarnya.
Namun sumber api tampaknya terjelaskan dengan pernyataan Kapolsek Ketapang Kompol Rio Alexander Panelewen. ”Berdasarkan keterangan warga sekitar, api berasal dari dapur rumah Juwiah, namun masih belum diketahui pasti penyebab kebakaran. Karena bangunan warga terbuat dari kayu di antaranya atap sirap,” terang Rio, Selasa (20/9).
”Bangunan habis terbakar. Sampai saat ini masih dalam penyelidikan. Kerugian diperkirakan hingga Rp 390 juta. Saat kejadian anggota langsung terjun ke lokasi kebakaran,” jelasnya.
Saat ini kejadian tersebut sudah ditangani pihak kepolisian, korban sebagain ada yang tinggal di rumah saudaranya. Sembari membersihkan puing-puing sisa rumah mereka yang terbakar. (dc/mir/dwi)