SAMPIT – Kebijakan pemerintah melarang membuka lahan dengan sistem bakar membuat petani terpuruk. Larangan itu membuat biaya bertani tahun ini naik dua kali lipat atau meningkat 100 persen. Sebab, membuka lahan tanpa dibakar tidak pernah dilakukan sebelumnya.
”Larangan membuka lahan dengan sistem bakar membuat tenaga, waktu, dan uang kami terkuras, karena hitungannya dua kali kerja dan proses baru bisa ditanam. Ini nasib buruk bagi petani,” kata Uji, petani di Desa Luwuk Bunter, Kecamatan Cempaga, Minggu (2/10).
Menurutnya, warga desa secara gotong royong menanam dengan cara tradisional yang dikenal dengan istilah manugal. Kegiatan itu dilakukan di lahan yang disiapkan tanpa proses bakar. Hal itu memperlihatkan budaya gotong royong masih mengakar kuat di kalangan petani.
”Karena lahan terlanjur sudah ditebas, tetapi tidak bisa dibakar, kami mengakalinya. Sampah-sampah bekas tebasan dikumpulkan jadi satu. Padahal, kalau dari pengalaman kami, lahan seperti ini kami katakan lahan mentah dan tanaman di atasnya juga kurang subur,” ujar Uji.
Uji dan petani lainnya mengaku gelisah apabila larangan membakar terus berlaku. Dia berharap pemerintah daerah bisa aktif membantu petani kecil yang tidak memiliki modal dan fasilitas penunjang pengolah lahan. Dari ratusan kepala keluarga, di desa itu hanya puluhan orang yang bertahan bercocok tanam.
”Semua itu akibat ketakutan warga membuka lahan baru, karena seidkit-sedikit ditangkap,” katanya.
Apabila diizinkan membuka lahan dengan cara membakar, Uji berani menjamin petani tradisional tidak akan menyebabkan kebakaran hutan. Sebab, pola kerja sama antarwarga sudah terbentuk dari nenek moyangnya dan paham bagaimana membuka lahan dengan cara membakar, namun tetap ramah lingkungan.
Uji mengungkapkan, saat petani tengah dilanda kekhawatiran tinggi. Banyak persoalan yang dihadapi; mulai dari larangan membuka lahan; harga komoditas karet, rotan, dan kelapa sawit; hingga PHK di perkebunan.
”Jujur, kami khawatir dengan kondisi sekarang. Mungkin zaman ini kehidupan ekonomi kami makin sulit,” tandasnya. (ang/ign)