SAMPIT – Bupati Kotawaringin Timur (Kotim) Supian Hadi memastikan APBD Kotim tahun 2017 tak akan merosot seperti yang dikhawatirkan. Sebab, ada suntikan pembiayaan sebesar Rp 200 miliar yang akan ditransfer ke daerah, sehingga Rancangan APBD (RAPBD) Kotim diperkirakan Rp 1,6 triliun lebih dengan defisit sekitar 3 persen.
”Memang, sebelumnya RAPBD Kotim hanya ada di kisaran Rp 1,4 triliun sempat membuat pusing. Tapi, Kotim dapat (suntikan) Rp 200 miliar. APBD kita mencapai Rp 1,6 triliun,” ungkap Supian, kemarin (10/11).
Hal itu disampaikan Supian merespons pernyataan Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kotim, Muhammad Shaleh sebelumnya, yang memprediksi APBD tahun depan akan merosot. Penurunan disebut akibat kebijakan pemotongan dana alokasi khusus (DAK) dan dana alokasi umum (DAU) dari pusat.
Supian menuturkan, sumber pendapatan dari pusat berasal dari beberapa kementerian, yakni Kementerian Perdagangan dan Keuangan. Pendapatan itu mendongkrak RAPBD Kotim.
Supian mengaku sempat pusing bersama Ketua Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Kotim Putu Sudarsana karena turunnya proyeksi RAPBD 2017. Namun, dia berupaya mencari sejumlah peluang pendapatan dari pemerintah pusat di sejumlah kementerian. Karena itu, usai rapat bersama Komisi VI DPR RI, dia mendatangi sejumlah kementerian.
”Ya, tentu sempat pusing juga. Memang kita bisa berkilah macam-macam akibat rasionalisasi,” ujarnya.
Supian memastikan besaran proyeksi RAPBD 2017 Rp 1,6 triliun akan memuluskan sejumlah rencana besar pemkab selain program multiyears. Salah satunya kenaikan tunjangan aparatur sipil negara (ASN). Anggaran untuk menaikkan tunjangan itu sekitar Rp 79 miliar.
”Makanya, setelah mendarat dari Jakarta, langsung rapat dengan sekda untuk menghitung semuanya agar ada semangat untuk lebih. Kita masih berusaha menaikkan pendapatan. Semoga dalam 1 – 2 hari ada undangan ke pemerintah pusat,” ujar Supian.
Dihubungi terpisah, Ketua Komisi I DPRD Kotim Handoyo mengatakan, potensi penurunan anggaran dalam APBD 2017 sangat besar terjadi. Ini berawal dari kondisi perekonomian yang tengah lesu, berimbas pada penyusutan pendapatan daerah. Aktivitas investasi ikut menurun, termasuk pertambangan dan perkebunan.
Hal itu, lanjutnya, memicu berkurangnya pendapatan negara yang juga akan berimbas pada turunnya penerimaan daerah dari dana perimbangan. Kucuran rupiah dari pos dana perimbangan, jadi salah satu pos pendapatan yang cukup besar dalam APBD Kotim.
”Kalau memang mampu bertahan dan naik sedikit itu sudah bagus, karena memang tahun depan dampak skala nasional terjadi penurunan APBD di semua daerah,” ujar Handoyo. (ang/ign)