Sultan harus menderita sejak lahir ke dunia enam bulan lalu. Dia dinyatakan menderita penyakit Holoprosencephaly. Kedua orangtuanya tidak berdaya mengupayakan pengobatannya.
DEVITA MAULINA, Sampit
Sultan Hakim Ramadhan. Demikian dua orangtuanya, Lukman Hakin (33) dan Nurhalimah (34), memberikan nama pada bayi tersebut. Dia didiagnosa mengidap penyakit Holoprosencephaly sejak lahir. Ketidakmampuan dana yang membelenggu orangtuanya, membuat anak ketiga pasangan itu belum mendapat pengobatan sepantasnya.
Kamis (2/2), Radar Sampit bersama sejumlah orang dari komunitas sosial mengunjungi Sultan di kediamannya, Jalan Jenderal Sudirman km 7, Sampit. Berbeda dengan balita lain seusianya yang mulai aktif di usia itu, Sultan tampak lebih tenang dan tidak banyak bergerak. Dia hanya sesekali menangis jika merasa lapar atau ingin digendong.
”Jangankan bergerak aktif, waktu tidur saja saya harus pasang alarm. Setiap beberapa jam sekali saya harus mengubah posisi tidur Sultan. Dia tidak bisa bolak-balik badan sendiri karena benjolan di kepalanya. Kesenggol sedikit saja bakal nangis, apalagi sampai berbalik sendiri. Tapi, kalau dibiarkan kasihan dia juga, nanti lehernya malah sakit kalau semalaman posisi tidurnya tidak berubah,” ungkap Nurhalimah.
Akibat penyakit Holoprosencephaly disertai Myelomeningocele yang dideritanya, ukuran kepala Sultan tampak sedikit lebih besar dibanding balita umumnya. Terdapat benjolan kecil di kepala bagian belakangnya.
Menurut Lukman, awalnya benjolan tersebut hanya seukuran kelereng. Tapi, semakin hari semakin besar hingga sekarang hampir sekepalan tangan orang dewasa. ”Sakitnya itu sejak lahir. Langsung kami periksakan ke dokter umum di daerah Ketapang. Katanya harus segera dibawa ke rumah sakit untuk operasi. Tapi, karena kami tidak punya biaya, jadi tidak bisa berbuat apa-apa. Apalagi waktu itu kami belum mendapatkan kartu jaminan kesehatan,” ujar Lukman.
Dia tidak menduga anak bungsunya akan mengidap penyakit itu. Dua kakak Sultan lahir dalam kondisi normal dan sehat. Selama istrinya mengandung Sultan, juga tidak menunjukkan kejanggalan apa pun. Bahkan, dari hasil USG pun terlihat normal.
Segala upaya telah dilakukan untuk kesembuhan Sultan, seperti mencoba obat-obatan tradisional. Saran dari tetangga mereka untuk berobat ke orang pintar pun dijalani. Namun, tidak membuahkan hasil. Hingga sekitar 2 bulan lalu, mereka mendapat kartu JKN-KIS dan kemudian membawa Sultan ke RSUD dr Murjani Sampit.
”Di RSUD Murjani, Sultan langsung diperiksa dokter dan di-rongent. Dokter bilang selaput otaknya (Sultan) ada yang retak. Tapi, di RSUD Murjani katanya belum mampu menangani penyakit seperti ini. Mereka menyarankan membawa Sultan ke RS di Banjarmasin atau kalau mau lebih bagus ke Jawa. Kalau ke sana kami semakin terkendala biaya,” katanya.
Lukman menurutkan, dia dan istrinya tak ada biaya transportasi dan lain-lain selama pengobatan Sultan. ”Saya cuma kuli batako. Penghasilan saya cukup untuk memenuhi makan sehari-hari saja sudah alhamdulillah,” tuturnya.
Lukman mengaku menerima pendapatan dua minggu sekali. Jika permintaan batako lancar, penghasilannya dalam 2 minggu bisa sampai Rp 1 juta. Jika tidak, hanya Rp 500 ribu. Dengan penghasilan segitu, untuk membiayai kebutuhan sehari-hari, bayar kontrakan rumah, dan biaya sekolah kedua anaknya yang lebih tua, Erika (9) kelas 4 SD dan Nando (7) TK saja sudah pas-pasan, sehingga menyisihkan biaya untuk berobat Sultan sangat sulit. Istrinya hanya seorang ibu rumah tangga dan harus mengurus Sultan setiap saat.
Ketika ditanya mengenai pengajuan permohonan bantuan ke Dinas Sosial, Lukman mengaku belum pernah mengajukan karena tidak mengerti proses administrasi yang diperlukan. Namun, dia pernah mencoba meminta bantuan ke kantor Bupati Kotim, tapi pejabat setempat kurang menanggapi.
”Kami sudah pernah meminta bantuan ke kantor bupati, tapi setelah nunggu seharian cuma dikasih Rp 100 ribu saja. Waktu itu kami memang tidak bertemu bupati atau wabup, hanya pejabat yang bertugas di sana saja. Kalau ke Dinsos belum pernah. Kami kurang mengerti prosedurnya,” ujarnya.
Lukman mengaku tidak banyak yang bisa dilakukan, selain berdoa agar Tuhan memberikan jalan untuk kesembuhan Sultan. Beberapa orang dari komunitas sosial yang turut mengunjungi Sultan berjanji membantu menggalang dana. Hal ini juga yang menciptakan secercah harapan di hati kedua orangtua Sultan yang berharap adanya dermawan yang mau menyumbang agar pengobatan Sultan bisa terlaksana. (***/ign)