SANG aktor kembali kepada Sang Pencipta. Setelah merintis jalan pelarian dengan membuka gembok dan pintu sel tahanan, dia tewas diterjang timah panas. Tiga pengikutnya; Mandra, Ujang, dan Sudiansyah, harus kembali ke balik jeruji tahanan membawa berbagai macam alasan. Berikut catatan wartawan Radar Sampit DESI WULANDARI.
--------------------------------
Selasa (14/2), saat pagi masih buta, telepon berdering, suara kawan di ujung sana membangunkan saya. Ia berkabar bahwa tahanan Polsek Ketapang kabur, sekitar pukul 01.00 WIB dini hari. Sontak yang terpikir adalah Herman Naga yang melakukan aksi nekat tersebut.
Ternyata benar. Herman Naga yang menginisiasi rencana busuk melawan hukum tersebut. Sang aktor yang terkenal licin dan berbahaya. Belum hilang dari ingatan saya, Minggu (5/2) upaya tim Resmob Polres Kotim berjibaku sejak malam untuk menangkap Herman Naga lantaran menghunjam tubuh Ari Lestari dengan lima tikaman. Padahal perempuan tersebut dalam keadaan hamil muda. Perempuan itu harus menerima nasib buruk lantaran menolak cinta Herman Naga.
Dua timah panas yang bersarang di dada kanan dan kaki kanannya belum melumpuhkan aksi jahat Herman Naga. Setelah sembilan hari berada di sel tahanan Polsek Ketapang, dia berhasil membujuk tiga tahanan lain melarikan diri. Mereka kabur ke hutan di wilayah Mentaya Seberang, Kecamatan Seranau.
Saat keluar dari tahanan, mereka sempat mencuri tiga ekor ayam potong di pasar subuh untuk persediaan selama pelarian. Mereka berjalan kaki menuju Jalan Iskandar, menyeberangi Sungai Mentaya dengan mencuri kelotok warga. Mereka hanya mendayung dengan sandal hingga mendapati papan di jamban warga sebagai penggantinya.
Sesampainya di Desa Terawan, Kecamatan Seranau, mereka mencuri pisang di kebun warga. Mereka juga membongkar rumah kosong untuk digunakan sebagai tempat tinggal selama pelarian.
Berselang sehari, upaya pelarian mereka ke hutan wilayah seberang terendus polisi. Saat melihat polisi yang datang, keempatnya langsung kabur masuk ke dalam hutan. Hari pertama, mereka tidak berpencar. Saat dikejar polisi dan tim anjing pelacak, mereka berlari hingga menyeberangi sungai di dalam hutan.
Saat masih berada di seberang, mereka berupaya mencari makan dan minum dari pondok warga di sekitar kebun. Tak selalu ada makanan, karena memang tidak ada penghuninya. Keesokan harinya sekitar pukul 10.00 WIB, bermodalkan pengetahuan pasang surut Sungai Mentaya dan melihat sudah tidak ada polisi yang mengejar, Ahmad Badarudin alias Mandra (18), Samsudin alias Ujang (25), dan Sudiansyah (33) memutuskan kembali ke Sampit. Mereka tidak kuat berlari untuk bersembunyi. Juga tidak kuat menahan lapar.
Bermodalkan gabus bekas boks ikan yang ditemukan, mereka larut di pinggir sungai. Mereka nekat kembali Sampit dengan cara berenang, memanfaatkan arus air sungai pasang. Saat lelah berenang, ketiganya hanya mengikuti arus air.
Saat menyeberang, ternyata Ujang tidak ikut bersembunyi di rumah orangtua Sudiansyah. Dia memisahkan diri dan bersembunyi di hutan di Desa Telaga Baru. Tidak lama persembunyian Sudianyah dan Mandra diketahui polisi. Mereka diringkus pada Rabu (15/2) sekitar pukul 22.00 WIB.
Otak pelarian, Herman Naga, masih terus di buru. Polisi meyakini Herman masih berada di hutan Mentaya Seberang. Bermodalkan infromasi dari Sudiansyah dan Mandra, pencarian terus dilakukan terhadap Ujang dan Herman Naga.
Herman Naga berhasil dilumpuhkan anggota Polsek Ketapang Selasa (21/2) sekitar pukul 16.00 WIB, di dalam hutan seberang Desa Pelangsian. Herman Naga terpaksa dilumpuhkan dengan timah panas karena saat ingin diamankan sempat melawan, menyerang, dan merebut senjata milik petugas. Herman akhirnya tewas dan jasadnya sudah diserahkan kepada keluarganya pada Rabu (22/2) untuk di makamkan.
Sehari setelah penindakan terhadap Herman Naga, Ujang berhasil diamankan petugas di Desa Telaga Baru MB Ketapang, pada Rabu (22/2) sekitar pukul 10.30 WIB. Ketiga pelaku yang diamankan dikembalikan ke dalam tahanan, sedangkan jasad Herman Naga sudah diserahkan kepada keluarganya.
Saat dibincangi di Polsek Ketapang, Mandra menjelaskan bahwa dirinya ikuti kabur karena diimingi satu unit sepeda motor oleh Herman Naga. Sedangkan Sudiansyah kabur karena rindu, ingin bertemu dengan anaknya. Sehingga saat kabur dia kembali ke rumah orangtuanya. Sedangkan Ujang tidak memiliki tujuan apa-apa, hanya ingin bebas melarikan diri dari jerat hukum.
”Saya rindu sama anak saya, tapi tindak sanggup bersembunyi di hutan dan tidak kuat menahan lapar sehingga memutuskan kembali ke rumah orangtua,” ujar Sudiansyah sembari tertunduk.
”Herman yang membuka gembok dan pintu sel, dia menjanjikan saya sepeda motor jika sampai di kampungnya di Pagatan,” timpal Mandra.
Kapolsek Ketapang Kompol Purwanto Hari Subekti menyampaikan bahwa pihaknya berusaha sangat kuat untuk kembali mengamankan keempat tahan yang kabur tersebut.
”Alhamdulilah semuanya sudah kembali dapat diamankan dan hal ini akan menjadi pembelajaran untuk agar lebih memaksimalkan pengamanan di dalam tahanan,” jelas Purwanto.
Wakapolres Kotim Kompol Bronto Budiono menjelaskan, pihaknya akan lebih meningkatkan pengamanan dan pengawasan di setiap sel tahanan, baik yang ada di polsek, maupun polres. Selain akan menambah kunci gembok pihaknya juga akan menambah CCTV di sekitar sel tahanan dan di sekitar polsek dan polres.
”Kunci akan kami tambah, kamera CCTV akan ditambah juga. Guna memantau aktivitas tahanan baik di dekat sel tahanan dan di luar mako,” pungkas Bronto. (***/dwi)