PALANGKA RAYA – Sejumlah pelajar SMP di Kota Palangka Raya diamankan aparat kepolisian, Rabu (15/3). Para peserta didik dari SMPN 7 Palangka Raya itu berniat tawuran dengan menyerang SMPN 14, Kelurahan Kereng Bangkirai. Mereka juga menyewa preman bersenjata untuk menakuti pelajar SMPN 14.
Peritiwa itu terjadi saat jam pelajaran di SMPN 14 masih berlangsung. Pelajar yang sempat diamankan, yakni JA (14), SU (14), MA (13), AL (12), JP (14), dan NA (12). Kemudian dua preman yang disewa, yakni SM (18) dan AG (17), dengan barang bukti badik.
Salah seorang pelajar, SU, mengatakan, mereka sengaja menyewa preman untuk menakuti pelajar SMPN 14. Mereka datang ke sana karena JP pernah dipalak pelajar setempat dan dipukuli.
”Sebenarnya kami takut. Tetapi, setelah disepakati, (kami) menyewa preman dengan upah Rp 200 ribu dan uang muka Rp 30 ribu. Kami pun menyerang,” ujarnya dengan polos.
Menurut SU, mereka dendam karena tidak terima atas perbuatan salah satu pelajar SMPN 14 yang memalak dan memukuli seorang temannya. ”Kejadianya itu kemarin. Karena itu kami datang. Ini jiwa korsa kami. Ini harga diri kami. Jujur, kami akui ini salah dan berjanji tak mengulanginya lagi,” tuturnya.
Sementara itu, preman yang disewa, SM mengatakan, para pelajar itu datang ke rumahnya untuk meminta bantuan menyerang SMPN 14. ”Kami hanya menakuti, tetapi memang membawa sajam. Upahnya Rp 200 ribu. Katanya dari uang jajan para pelajar itu. Jujur, itu tidak untuk menusuk, hanya untuk jaga diri,” jelasnya.
Kapolres Palangka Raya AKBP Lili Warli mengatakan, petugas SPKT bersama guru dan warga sekitar berupaya meredam kondisi tersebut. ”Enam murid SMP tersebut berencana melakukan pengeroyokan. Mereka mengajak dua preman dengan imbalan sejumlah uang. Upah buat preman itu dari dana patungan. Ada yang memberikan Rp 5 ribu dan terkumpul Rp 30 ribu untuk uang muka. Namun belum sampai melakukan pengeroyokan, keenamnya diamankan plus dua preman,” ungkap Lili Warli.
Lili menegaskan, preman bayaran itu akan diproses sesuai aturan. ”Kita ingin tahu lebih dalam apa motivasi selain balas dendam tersebut,” ujarnya.
Agar kejadian serupa tidak terulang, kepolisian akan berupaya melakukan sosialisasi terkait kenakalan pelajar dan menggelar patroli ke sekolah. ”Kami ingin nanti memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada para pelajar,” katanya.
Enam pelajar SMP itu akhirnya diperbolehkan pulang setelah mendapat pembinaan dari aparat. Mereka dikenakan wajib lapor dan rambut mereka dicukur, sementara dua preman bayaran masih diproses. (daq/vin/ign)