Nenek Bahriah (72) memiliki semangat yang kuat untuk sembuh dari katarak yang dideritanya. Meski keterbatasan biaya, Nenek Bahriah ditemani suaminya nekat ke Palangka Raya untuk berobat di RSUD Doris Sylvanus menggunakan kartu BPJS Kesehatan.
ARJONI, Palangka Raya
Langkah kakinya gemetar dan suaranya terbata-bata saat ditemui Radar Sampit dan komunitas kemanusiaan Beramian Online Orang Sampit (BooS) di RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya. Dialah Nenek Bahriah, usia 72 tahun penderita katarak dari Samuda Kabupaten Kotim. Dia menjalani operasi kemarin, Sabtu (8/4).
Saat ditemui di salah satu ruangan RSUD Doris Sylvanus, Nenek Bahriah ditemani suaminya, Ijal, yang lebih tua 13 dari usianya. Suami Nenek Bahriah sangat setia dan terus menyemangati sang istri untuk melakukan operasi katarak demi kesembuhannya.
Radar Sampit dan perwakilan BooS M. Tohari sempat sempat terdiam hingga keheningan terpecah saat Humas RSUD Doris Sylvanus dr. Theodurus Sapta Atmaja menyapa Radar Sampit dan mulai menceritakan kondisi Nenek Bahriah dalam menghadapi operasi katarak.
Keduanya hanya modal nekat ke Palangka Raya setelah mendapat rujukan dari RSUD Murjani Sampit untuk melakukan operasi di RSUD Doris Sylvanus. Tak ada sanak famili yang menemani. Hanya berdua.
Lima hari sudah keduanya berada di Palangka Raya, untungnya pihak RSUD Doris berbaik hati. Pihak RSUD Doris menyiapkan tempat tidur gratis untuk Nenek Bahriah dan suaminya, yakni kamar asrama pendidikan milik RSUD Doris Sylvanus.
Untuk ke Palangka Raya, keduanya diantar warga yang kasihan melihat kegigihan keduanya untuk berobat dan menyembuhkan katarak. ”Nenek Bahriah kita sediakan tempat menginap gratis. Memang setelah saya dihubungi rekan-rekan BooS dari Sampit oleh Pak Zainuri agar membantu Ibu Bahriah, kita proses semua dengan cepat. Dan beliau juga memiliki BPJS Kesehatan, sehingga nanti dana operasi menggunakan BPJS itu," kata Theodorus.
Menurut Theodorus, pihak dokter yang menangani telah melakukan pemeriksaan. ”Memang kemarin sudah kita lakukan pemeriksaan, tetapi gula Nenek Bahriah agak tinggi, sehingga operasi ditunda. Kalau tidak ada halangan dan rintangan, Sabtu (8/4) kita lakukan operasi," ucapnya.
Kedatangan Radar Sampit dan BooS untuk menyampaikan amanah untuk memberikan bantuan bagi biaya hidup Nenek Bahriah dan Suaminya selama di Palangka Raya. Memang, bantuan sangat diperlukan Nenek Bahriah dan suaminya, terutama bantuan dana untuk biaya hidup di Palangka Raya.
”Kedatangan kita ke sini untuk bersilaturahim dan saling mendoakan agar kita semua diberikan kesehatan. Kita menyampaikan amanah dari rekan-rekan BooS sebagai salah satu komunitas kemanusiaan di Sampit kepada Nenek Bahriah. Kami melakukan ini agar masyarakat Kalteng, khususnya masyarakat Kotim bisa mengulurkan bantuan kepada Nenek Bahriah yang kami nilai sangat memerlukan bantuan dan uluran tangan kita semua," kata Perwakilan BooS M Tohari.
Menurut pengakuan Nenek Bahriah, sebenarnya dia telah melakukan operasi katarak di RSUD Sampit. Namun, selama dua bulan tidak ada perubahan. Bahkan, kondisi mata yang terkena katarak makin parah.
”Sudah operasi di Sampit, tetapi tidak ada perubahan dalam dua bulan setelah operasi. Mata makin parah, makanya suami minta surat rujukan agar operasi di Palangka," ucapnya.
Hanya satu pinta yang terucap dari mulut beliau kepada Tuhan saat dibincangi Radar Sampit, yakni minta kesembuhan dari katarak agar bisa salat atau sembahyang dengan nyaman. "Mudahan Allah berikan kesebuhan agar bisa salat dengan nyaman," ujarnya.
Nenek Bahriah selama dipenginapan Asrama Pendidikan RSUD Doris yang letaknya tidak jauh dari UGD tersebut didampingi oleh petugas. Petugas itulah yang merawat keduanya selama di Palangka Raya. (***/ign)