SAMPIT- Kabar duka menyeruak dari RSUD dr Murjani Sampit, Kamis (15/6) sekitar pukul 14.00. Dewin Marang, politikus kawakan yang selama ini dikenal kritis dan vokal di DPRD Kotim, menutup mata untuk selamanya. Dewin mengembuskan napas terakhirnya setelah komplikasi yang dideritanya tak lagi mau berkompromi.
Jenazah Wakil Ketua DPRD Kotim ini langsung dibawa ke rumah duka, Jalan Sukabumi, nomor 20 RT 17 RW 5, Kelurahan Baamang Hilir, Kecamatan Baamang, Kotim. Sejumlah kerabat dan rekan Dewin di DPRD Kotim, bergiliran melayat ke rumah duka.
”Kami terkejut juga dengan kabar meninggalnya beliau. Padahal, setelah sosialisasi, kami langsung menuju ke rumah sakit. Baru sampai, dapat kabar beliau meninggal," ujar anggota DPRD Kotim Dadang H Syamsu.
Dadang mengaku merasa kehilangan Dewin, sosok pria yang selama ini dikenalnya memiliki pengalaman politik yang mumpuni, sekaligus getol menyuarakan aspirasi warga pedalaman yang diwakilinya.
”Almarhum bisa dikatakan orang paling getol menyuarakan aspirasi. Kalau menurutnya program itu harus dilaksanakan di pedalaman, maka akan diperjuangkannya semaksimal mungkin," tutur Dadang, diamini sejumlah anggota dewan lainnya.
Pria kelahiran Desa Tumbang Turung, Kecamatan Bukit Santuai, ini, tercatat sebagai kader Partai Golkar. Rekam jejaknya di dunia politik terbilang sukses. Dewin tiga periode terpilih menjadi wakil rakyat dari Daerah Pemilihan (Dapil) V. Dia meninggalkan seorang istri, lima anak, dan lima cucu.
Doket, istri Dewin mengatakan, selama ini tidak ada penyakit serius yang yang dikeluhkan pria 66 tahun itu. ”Hanya saja bapak mengeluh badannya lemah dan tidak mau makan," ujarnya saat dibincangi sejumlah anggota DPRD Kotim.
Kondisi suaminya, lanjut Doket, belakangan ini memang sering sakit-sakitan. Bahkan, sempat dirawat di Banjarmasin, Palangka Raya, hingga Jakarta. Sebelum meninggal, dia kembali jatuh sakit.
Setelah kondisinya menurun, katanya, Dewin mulai jarang turun ke kantor dan sudah beberapa kali bolak-balik menjalani perawatan di rumah sakit, baik di Sampit, Palangka Raya, Banjarmasin, dan Jakarta.
”Namun, saat itu (Dewin) masih bisa jalan sendiri," ungkap Parjo, pria yang selalu mendampingi Dewin.
Politikus andal Partai Golkar itu mengalami komplikasi penyakit ginjal dan gula darah. Dia sempat disarankan cuci darah. ”Bapak baru Rabu (14/6) sore kami antar ke rumah sakit, setelah kondisinya menurun. Sempat dua hari dirawat di rumah sebelum dibawa ke rumah sakit dr Murjani," ujar Parjo.
Menurut Parjo, kondisi Dewin kesehatan Dewin menurun sekitar dua minggu belakangan. ”Bahkan, saat kami bawa ke Rumah Sakit Murjani, bapak sudah tidak bisa berbicara lagi karena kondisi yang tidak memungkinkan," tuturnya.
Jauh sebelum dia menutup mata, kepada Radar Sampit, Dewin berujar dan mengungkap kondisinya saat menggelar open house perayaan Nyepi beberapa waktu lalu. Saat itu, Dewin mengaku mulai tidak sehat. Hal itu jadi salah satu penyebabnya jarang ke kantor.
Dewin merupakan salah satu tokoh adat dan politikus yang cukup terkenal di Kotim. Di DPRD Kotim, sejumlah jabatan strategis pernah diembannya, di antaranya Ketua Fraksi Partai Golkar selama dua periode. Dia juga menjabat sebagai Ketua Majelis Adat Daerah Agama Hindu Kaharingan Kotim dan Ketua Komite Pemerhati Adat Kotim.
Sosoknya sebagai politikus sekaligus tokoh adat sangat kuat di Kotim. Boleh dibilang Dewin merupakan tokoh kebinekaan. Perekat kebangsaan di tengah keberagaman. Ini didasari pada perannya yang disebut-sebut sebagai salah satu rekonsiliator dalam penanganan pascakonflik antaretnis di Sampit 2001 silam.
Selain itu, selama hidupnya, Dewin selalu mengajak semua pihak dan memberikan contoh hidup berdampingan dalam keragaman. Dia mengajak semua pihak untuk saling menghormati dan menghargai sebagai sesama dan hidup berdampingan. Setiap ada isu bernuansa suku, agama, ras, dan antargolongan, Dewin selalu berupaya meredamnya.
Di dapil lima, dia merupakan panutan banyak pihak. Selain ketokohannya yang kuat, dia juga dikenal kerap memperjuangkan pembangunan di pedalaman. Dalam setiap pembahasan anggaran, Dewin kerap bersitegang dengan tim anggaran esekutif apabila program aspirasi miliknya tidak diakomodir.
Bahkan, tahun anggaran 2017, Dewin sempat menyoroti program multiyears. Saat itu, sebagai Wakil Ketua I, dia menolak menandatangani anggaran untuk program itu. Dewin menilai program tersebut menyedot dana besar, sementara warga pedalaman kerap menjerit karena infrastruktur yang tak kunjung diperhatikan.
Ketua DPRD Golkar Kotim Supriadi mengatakan, partainya kehilangan sosok politikus andal. ”Kader Partai Golkar, khususnya di Kotim, patut berbangga telah memiliki seorang tokoh yang luar biasa. Semangat beliau untuk membesarkan Partai Golkar nyaris sulit tertandingi oleh kader yang ada saat ini," kata Supriadi.
”Pak Dewin adalah kader Golkar yang luar biasa, meski usia beliau sudah terbilang sudah tidak muda lagi. Loyalitas dan dedikasi beliau membesarkan Golkar sangat luar biasa. Saya selalu salut dan bangga. Tidak ada tugas partai yang tidak bisa beliau selesaikan dengan baik," ujarnya.
Supriadi mengusulkan agar almarhum bisa dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Ada beberapa pertimbangan. Seperti, kemampuannya ikut serta menjaga stabilitas keamanan di Kotim setelah tragedi konflik 2001 silam. Dewin dinilai sebagai rekonsiliator kedua belah pihak, hingga akhirnya bisa hidup berdampingan.
”Sebenarnya almarhum ini bisa dikatakan pahlawan. Jasanya untuk Kotim sangat terasa. Dia bisa membuat suasana yang harmonis. Seluruh jajaran Partai Golkar Kotim menyampaikan rasa terima kasih atas segala sumbangsih pikiran dan tenaganya untuk Partai Golkar, Kotim, Kalteng, dan untuk Indonesia,” ujarnya.
Sejauh ini, kepastian pemakaman Dewin Marang masih dirundingkan. Termasuk prosesi di gedung DPRD Kotim. Namun, dipastikan pemakamannya akan dilakukan sesuai ritual agama Hindu Kaharingan. (ang/ign)