SAMPIT – Menjelang H-8 Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1438 yang diperkirakan jatuh pada 25 Juni mendatang, ulama di Kota Sampit mengharamkan perayaan hari besar itu dengan petasan dan kembang api. Selain dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain, kegiatan itu juga tak bermanfaat.
”Lebih baik dengan aktivitas keagamaan, berkumpul dengan sanak saudara. Lebaran mengingatkan kita untuk saling memaafkan, setelah melewati bulan suci Ramadan dan berpuasa menahan haus dan lapar. Jadi, jangan rayakan dengan perbuatan dosa,” ungkap KH M Yusuf Al-Hudromy, Sabtu (17/6).
Di Kota Sampit khususnya, memang kerap terlihat petasan dan kembang api yang dimainkan warga. Pendiri Panti Asuhan Putra Borneo dan Pondok Pesantren Nurul Aitam ini meminta umat muslim tidak ikut-ikutan.
”Semua kembali kepada diri masing-masing. Perbuatan kita adalah gambaran dari amal perbuatan kita. Bersikap baik, tanpa harus membahayakan siapa saja, termasuk diri sendiri itu sudah bagus. Apalagi bisa saling mengingatkan hal ini,” ujarnya.
Pria yang akrab disapa Abah Guru di kalangan masyarakat ini meminta aparat kepolisian mengawasi ketat bahan berbahaya yang dapat menimbulkan petaka itu. Sebab, ada beberapa kejadian yang dapat menimbulkan tangisan.
”Sudah ada yang rumahnya terbakar. Ada juga sebelumnya pengendara yang dilempari petasan, kemudian kecelakaan. Apa itu perbuatan baik? Tidak kan. Sudah saatnya tinggalkan budaya yang merugikan banyak orang itu,” katanya. (mir/ign)