Ikan gabus dan belut merupakan hewan air yang tergolong lincah dan licin. Lalu, bagaimana jika hewan air ini diburu dan ditangkap dengan tangan kosong dan yang melakukannya ibu-ibu.
USAY NOR RAHMAD, Sampit
Teriakan histeris menyeruak di kompleks Perumahan Bina Karya Permai, Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Sabtu (26/8). Tak lama, puluhan warga lainnya berbondong-bondong datang.
Gelak tawa pun pecah, ketika warga menyaksikan aksi ibu-ibu menangkap ikan gabus dan belut. Ini salah satu lomba yang paling ramai dalam rangkaian peringatan 17 Agustus di kompleks itu.
Panitia menyediakan puluhan ekor ikan gabus dan belut. Ikan dimasukkan dalam kolam buatan dari terpal seukuran 4 meter x 6 meter. Peserta diharuskan menangkap ikan dalam keadaan hidup. Kemudian dimasukkan dalam ember kosong yang telah disediakan.
Gesitnya ikan gabus dan licinnya belut, membuat peserta kewalahan. Bahkan, ada peserta yang jatuh-bangun dan bersenggolan dengan peserta lain. Keseruan ini tentu mengundang pecahnya tawa penonton.
Mama Siren, peserta lomba tangkap ikan yang disebut mengaruhi ini mengaku, baru pertama kalinya ikut lomba. Dia mengaku senang, meski sempat histeris karena kesulitan saat menangkap ikan.
”Sulit mas. Sudah gesit, licin, geli pula,” ucap Mama Siren, sambil menyeka keringat di dahi.
Ketua Panitia Lomba Sutomo mengatakan, tangkap ikan dan belut merupakan lomba yang paling seru. Apalagi di lingkungan perumahan Bina Karya Permai. Lomba ini baru pertama kali diselenggarakan.
”Banyak mas lombanya. Ada mewarnai, memasukkan paku dalam botol, balap karung, sepak bola mini, kasti, dan jalan sehat. Lomba tangkap ikan ini yang paling ramai, karena memang pertama diadakan,” ungkap Sutomo.
”Untuk memecut semangat peserta, kalau ada peserta yang berhasil menangkap belut, akan diberi bonus Rp 50 ribu per ekor,” imbuh Sutomo.
Melihat animo masyarakat sekitar, pihak panitia sangat bersemangat. Mereka bertekad tahun depan lomba memperingati kemerdekaan Indonesia digelar lebih menarik. Selain itu, akan lebih banyak pihak yang akan mendukung, baik moril maupun materil.
Momentum perayaan kemerdekaan seperti ini dimanfaatkan warga sekitar sebagai wahana bersilaturahmi. Melepas penat di hari-hari yang melelahkan, karena rutinitas dan kesibukan masing-masing.
Perumahan Bina Karya Permai rutin setiap tahun melaksanakan lomba. Sudah lebih 23 tahun kawasan ini berkembang. Penduduknya kian bertambah. Kini, sudah ada sebanyak 400 kepala keluarga terdiri dari dua rukun tetangga, yakni RT 6 dan RT 13.
”Sudah 23 tahun kita bersama. Terima kasih sudah berupaya membuat kampung ini damai dan tenteram. Mari bersama kita majukan kampung kita ini,” kata Jamiat, sesepuh kampung di Perumahan Bina Karya Permai. (***/soc)