SAMPIT – Dugaan ajaran menyimpang yang disebarkan warga Baamang, AJG (63), kian bikin resah. Banyak warga Samuda yang mengaku terganggu lantaran aktivitas tiap malam yang dilakukan oleh 20 santri AJG yang berada di Samuda.
Hal tersebut dituturkan Ustaz HM, ulama setempat yang ditemui Radar Sampit di kediamannya, Rabu (20/9) pukul 09:30. HM membeberkan, sekitar dua puluh orang santri AJG hampir tiap malam melakukan kegiatan pengajian di kediaman salah satu anak angkat AJG berinisal SA (45).
HM mengatakan, pengajian yang dilakukan di kediaman SA di dekat salah satu pondok pesantren itu sama sekali tidak mengajarkan tentang Agama Islam. ”Hampir tiap malam mereka (para santri AJG) itu menggelar pengajian. Iya kalau mengaji dari Alquran dan hadits sih enggak masalah. Lha ini kami (warga) menemui beberapa kejanggalan dari pengajian tersebut,” bebernya.
Kejanggalan tersebut, menurut HM dan warga sekitar, adalah tidak digunakannya dalil Alquran dan hadits saat pengajian. Ia juga mengatakan bahwa AJG yang sempat mampir ke Samuda dan memberikan ceramah di pengajian tersebut beberapa bulan lalu sempat membuat heboh para ulama di tempat itu.
”AJG pernah berkata di hadapan para santrinya dan para warga yang sempat mendengar ceramahnya saat itu, bahwa naik haji itu tidak penting. Dia juga kerap menghina ulama dan tidak menghormati adat,” terangnya.
HM melanjutkan, salah satu perkataan AJG yang membuat sakit hati kaum muslim di Samuda adalah ketika dirinya mengatakan bahwa belajar di pondok pesantren itu tidak akan membuat orang masuk surga.
”Yang membuat saya dan umat muslim di sini agak marah adalah ketika AJG mengeluarkan statement bahwa pondok pesantren itu tidak penting. Orang tidak bisa masuk surga dari pondok pesantren,” tambahnya lagi.
Atas dasar hal tersebut, empat perwakilan ulama dan perangkat desa di Samuda melakukan kunjungan ke rumah AJG pada Juni lalu. Kunjungan tersebut dimaksudkan untuk melakukan mediasi dan berdialog antara ulama dengan AJG.
Namun, mediasi tersebut berjalan alot lantaran apa yang dikemukakan oleh para ulama dan perangkat desa dimentahi (ditolak) oleh AJG sendiri. Bahkan, AJG sempat kebakaran jenggot ketika salah satu ulama mempertanyakan kitab yang ia pelajari dan dijadikan landasan utama dalam mengajarkan agama kepada puluhan santrinya itu.
HM yang merupakan salah satu dari keempat orang yang ikut ke kediaman AJG untuk berdialog tersebut menuturkan, tidak ada satupun ajakan dan pendapat ulama yang diterima AJG. Bahkan AJG sempat melempar beberapa kitab dan Alquran yang ada di depannya karena kesal dengan kedatangan empat orang tersebut.
”Dia (AJG) itu marah pada kami berempat sambil berteriak bahwa dirinya tidak butuh buku-buku agama, sambil melempar Alquran dan beberapa kitab yang ada di depannya. Sontak saja membuat kami kaget dan hampir naik pitam,” tutur HM menirukan situasi saat itu di rumah AJG.
Sebelumnya, beberapa ulama dan masyarakat sudah mendesak MUI agar segera melakukan tindakan tegas terhadap aktivitas AJG dan para muridnya.
Beberapa waktu lalu, Ketua MUI Kotim Amrullah Hadi mengatakan bahwa pihaknya saat ini sedang melakukan koordinasi dengan perangkat kecamatan dan kelurahan untuk menyelesaikan kasus dugaan ajaran menyimpang tersebut.
”Saya sudah berkoordinasi dengan perangkat kecamatan untuk membahas kasus dugaan ajaran menyimpang tersebut. Kalau bisa diselesaikan dalam tingkat kecamatan ya alhamdulillah. Kalau tidak, ya mau tidak mau harus diselesaikan dalam tingkat kabupaten,” terangnya. (rm-83/dwi)