SAMPIT – Setelah lama tak terdengar, kasus dugaan ajaran menyimpang yang disebarkan AJG kembali dibahas. Pria berjanggut itu mengaku mempelajari empat kitab. Dan MUI Kotim serta Kemenang Kotim sependapat bahwa kitab-kitab itu tak salah. Yang keliru hanya penafsiran AJG dan para pengikutnya.
Sejumlah pihak terkait menggelar pertemuan membahas persoalan AJG dan ajarannya di aula kantor Kemenag Kotim kemarin. Menurut Zainuddin, pegawai kemenag yang hadir pada rapat itu, sekaligus juga menjadi orang yang ikut meneliti, empat kitab yang digunakan AJG diketahui berjudul Kitab Sholawat, Tanbihul Ghafilin, Hidayatus Salikin, dan Tanwirur Anwar. Namun, dia mengaku masih meragukan bahwa kitab-kitab yang diserahkan oleh AJG pada MUI itu adalah kitab yang sebenarnya dia dalami.
”Saya bersama para ulama dan anggota MUI lainnya masih meragukan bahwa keempat kitab tersebut adalah yang didalami AJG. Karena kitabnya tidak bermasalah, tapi pemahaman dan ajarannya jauh dari keempat kitab tersebut," katanya.
Pada pertemuan kemarin, AJG dan para muridnya sengaj tidak dihadirkan untuk menjaga situasi dan menghindari debat kusir. Selain membahas tentang hasil penyelidikan para ulama terkait ajaran AJG, pertemuan itu juga memaparkan hasil penelitian kitab-kitab yang digunakan AJG dalam menyebarkan ajarannya.
Ketua MUI Kotim Amrullah Hadi mengatakan bahwa pihaknya belum bisa menentukan apakah ajaran AJG menyimpang atau tidak. Sebab masih perlu disetujui semua pihak dari beberapa kecamatan yang terkontaminasi oleh aktivitas murid-murid AJG tersebut.
”Jadi, MUI belum bisa memutuskan. Karena harus disetujui oleh beberapa kecamatan atau daerah yang ada aktivitas ajaran AJG nya. Baik dari yang bersangkutan sendiri maupun murid-muridnya. Kalau sudah ada keputusan dari berbagai pihak barulah kami (MUI) dapat memutuskan,” kata Amrullah, Rabu siang.
Amrullah menambahkan bahwa pihaknya bersama dengan para alim ulama dan pihak terkait juga sudah meneliti dan mempelajari kitab-kitab yang dipakai oleh AJG dalam menyebarkan ajarannya.
”Tidak ada yang salah dengan kitabnya. Bagus dan sesuai kitab agama pada umumnya. Tapi, yang harus digarisbawahi di sini adalah pemahaman si AJG sendiri yang salah menafsirkan apa yang ada dalam kitab tersebut,” tambahnya.
Apa yang dikatakan Amrullah senada dengan Kepala Kantor Kemenag Kotim Samsudin yang menyebutr bahwa kitab yang diserahkan oleh AJG sebanyak sempat buah itu tidak ada kesalahan. Namun, pihaknya menyimpulkan bahwa pemahaman AJG yang harus diluruskan mengenai kitab-kitab tersebut.
”Jadi, sebenarnya kitab-kitabnya bagus. AJG-nya yang salah pemahamannya terhadap kitab itu. Parahnya lagi, belum paham tapi sudah disebarkan (diajarkan) ke orang lain (muridnya),” tegas Samsudin.
Hasil rapat tersebut belum menghasilkan keputusan berarti. Namun, pertemuan yang dihadiri oleh puluhan orang itu menegaskan bahwa ada tiga kecamatan yang terdapat aktivitas murid AJG. Seperti Kecamatan Teluk Sampit, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, dan Kecamatan Baamang.
”Dari MUI dan perangkat-perangkat kecamatan nantinya akan membuat pernyataan masing-masing terkait ajaran-ajaran atau aktivitas murid AJG yang berada di tiga lokasi tersebut,” tambah Samsudin.
Samsudin juga mengatakan bahwa laporan dari tiga kecamatan tersebut nantinya akan ditindaklanjuti kembali oleh Kesbangpol, Kemenag, dan MUI Kotim untuk mencari langkah selanjutnya dalam mengambil keputusan bersama agar permasalahan dan keresahan yang terjadi di masyarakat tidak berlarut-larut.
Sementara itu, Ketua MUI Samuda Ustad KH Nuris menambahkan bahwa setelah didalami dengan seksama, pihaknya menyimpulkan bahwa AJG berniat mengelabui para alim ulama dan MUI yang hendak meneliti semua kitabnya. Ia berpendapat, keempat kitab tersebut adalah sebagai pengalih perhatian atau untuk mengelabui ulama agar dirinya tidak disalahkan.
”Penelitian sementara, dari kitab yg diserahkan atau poin-poin yg diajarkannya yang selama ini disebutkan oleh AJG maupun para muridnya, tidak ada di kitab-kitab tersebut. Maka kesimpulan sementara kitab yang diajarkan (yang sebenarnya) masih disimpan AJG," jelasnya.
Nuris menambahkan, jika memang benar yang diajarkan adalah keempat kitab tersebut, maka banyak sekali kesalahpahaman atau ketidakcocokan dari AJG dalam menyebarkan ilmunya.
Antara lain adalah tidak diakuinya Alquran dan hadits sebagai landasan utama, banyaknya ketimpangan mengenai hubungan sosial antarumat yang padahal di kitab-kitab tersebut ada dan diajarkan dengan rinci dan sesuai anjuran Rasul, serta kurangnya tahapan dalam syariat yang tidak terpenuhi dengan baik.
Oleh karena itu, para ulama dan masyarakat mendesak MUI agar memanggil AJG dan memerintahkan aparat untuk memeriksa (menggeledah) kediaman pria asal Banjarmasin tersebut.
Sebelumnya, AJG diketahui sudah memohon maaf kepada masyarakat luas mengenai ajarannya. Ia mengatakan bahwa jika menjadi keresahan, dirinya (AJG) siap untuk menghentikan sementara aktivitas mengajarnya.
”Jadi, AJG ini sudah minta maaf secara lisan baik waktu pertemuan di Kesbangpol dulu dan melalui pribadi. Sekarang tinggal murid-muridnya saja. Kalau gurunya mau berhenti, masa mereka (murid AJG) enggak," kata Samsudin kepala Kantor kemenag menambahkan lagi.
Diketahui, menurut penuturan Ustad H Makky, salah seorang pengasuh pondok pesantren Sabilal Muhtadin, Jaya Karet, Samuda, meski sudah ada keputusan dari MUI untuk menghentikan aktivitas sementara pengajian AJG, namun para murid AJG justru masih beraktivitas seperti dulu.
”Jadi berhenti itu cuma tiga harian. Setelah itu tetap melakukan pengajian seperti dulu. Ini kan namanya tidak mempedulikan perintah dan menghina ulama" katanya.
Sementara itu, Amrullah Hadi kembali menambahkan, pada pertemuan berikutnya pihaknya akan memanggil AJG untuk hadir dan menjelaskan dengan gamblang apa maksud dan isi ajarannya, sehingga membuat masyarakat resah.
”Kami (MUI) di rapat berikutnya Insya Allah akan memanggil yang bersangkutan (AJG) untuk datang. Jika tidak mau akan kami jemput paksa,” pungkasnya. (rm-83/dwi)