SAMPIT – Jelawat sebagai ikon Kota Sampit patut dipertanyakan. Sebab, pasokan ikan jelawat di Kota Mentaya masih mengandalkan Banjarmasin dan Seruyan. Fakta ini terungkap setelah Radar Sampit mewawancarai pedagang di Pasar PPM Sampit, kemarin (3/2).
Ita, pedagang ikan di PPM, mengatakan bahwa ikan jelawat yang dijualnya didatangkan dari daerah Banjarmasin dan Sembuluh, Kabupaten Seruyan. Jumlah pasokan untuk Sampit sekitar 100 kilogram per hari. Sedangkan dirinya hanya mengambil 20 kilogran sampai 40 kilogram per hari.
Menurutnya, permintaan konsumen terhadap ikan jelawat tidak terlalu banyak. Sebab, harganya tergolong mahal dibandingkan jenis ikan lainnya, yakni Rp 65 ribu per kilogram. Karena itulah hanya ada tiga pedagang yang menjual ikan jelawat di PPM.
Demi menjaga usahanya tetap berjalan, pedagang yang sudah lebih dari 10 tahun berjualan di pasar PPM ini tidak hanya menjual ikan jelawat. Dirinya juga menjual ikan bandeng, bawal, kakap, nila, patin, tongkol, dan udang.
Ita tetap menjual jelawat lantaran sudah punya langganan dari pengusaha rumah makan. Tanpa langganan rumah makan, dirinya tidak akan berani mengambil stok banyak. “Ikan besar begini (jelawat) yang beli biasanya warung makan besar,” jelas Ita.
Kesulitan menjual ikan jelawat juga pernah dialami Hartati. Karena itulah dia memilih menjual ikan jenis lain yang lebih murah dan cepat laku. “Susah jualnya kalau belum ada langganan,” kata Hartati. (rm-88/yit)