SAMPIT – Teror buaya muara di Sungai Mentaya terhadap warga Desa Ganepo, Kecamatan Seranau, Kotim kian meresahkan. Predator yang sudah melukai satu penduduk setempat semakin sering muncul. Hewan itu menguasai bantaran sungai, di sekitar titian tempat warga beraktivitas, seperti mandi dan mencuci.
Kepala Desa Ganepo Agus mengatakan, karena berbahaya, pihaknya melarang warga beraktivitas di pinggir sungai saat pagi maupun hari. ”Warga yang biasa mandi di batang (titian) kami larang,” ujarnya, Minggu (11/3).
Teror buaya yang kian menjadi-jadi itu, membuat warga yang sehari-hari bergantung dengan sungai tak bisa berbuat banyak. Agus meminta warganya agar mencari sumber air lain, selain di pinggir sungai serta saling bahu membahu.
”Untuk sementara kami minta warga saling membantu. Bagi yang memiliki sumur, agar berbagi dengan lainnya, sampai sungai benar-benar aman untuk beraktivitas kembali,” ujarnya.
Terpisah, Komandan Pos Jaga Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sampit Muriansyah mengatakan, pihaknya masih menunggu perintah untuk menangkap buaya muara yang sebelumnya sempat menyerang warga setempat.
Muriansyah mengakui pihaknya terkendala keterbatasan peralatan untuk menangkap buaya. Untuk menangkap satwa yang sebenarnya dilindungi tersebut, tak bisa sembarangan.
”Keamanan diri dalam menangkap buaya juga penting, dengan didukung peralatan yang diperlukan. Sudah kami laporkan dan menunggu arahan dan perintah dari pimpinan,” katanya.
Camat Seranau Siti Rahmaniar sebelumnya mengharapkan situasi di wilayahnya aman dan warga bisa beraktivitas dengan nyaman tanpa takut dimangsa hewan predator tersebut. Namun, pihaknya tak bisa berbuat banyak karena tak ada orang yang ahli menangkap hewan liar tersebut.
Kamis (8/3) lalu, Jumi (49), warga setempat, jadi korban serangan buaya. Dia diterkam saat sedang mencuci pakaian di titian tempat penduduk beraktivitas. Meski berhasil selamat, kedua tangan dan kakinya terluka. (mir/ign)