SAMPIT – Teror buaya di Desa Ganepo, Kecamatan Seranau, masih mengancam warga sekitar yang tinggal di bantaran Sungai Mentaya dan Sungai Lemiring. Suasana di sekitar lokasi serangan buaya dengan jumlah penduduk kurang lebih dari 100 kepala keluarga itu kini kian mencekam.
Sudah dua warga desa yang menjadi korban sambaran buaya jenis sapit dan muara. Upaya penangkapan terus dilakukan. Namun, hewan predator tersebut belum berhasil terpancing menggunakan umpan unggas, bebek, yang dilakukan petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kotim.
”Saya bersama dua anggota Manggala Agni, Junaidi, dan Budi Wahyudin sudah ke Desa Ganepo. Kami sudah berkoordinasi dengan Polair Polda Kalteng dan perangkat desa setempat. Kemudian mendatangi lokasi kejadian dan memberikan pengarahan kepada keluarga korban,” kata Komandan Pos Jaga BKSDA Sampit Muriansyah, Rabu (4/4).
Menurutnya, warga sekitar sudah menjauhi sungai dan mengurangi aktivitas untuk sementara waktu. Sebab, buaya semakin agresif dan mudah menyerang siapa saja.
Sementara itu, Yapwahu Kauli, korban sambaran buaya pada Senin (2/4) lalu sudah bisa kembali mengikuti ujian seperti biasa di sekolahnya.
Petugas BKSDA juga memasang dua pancing buaya yang diikatkan pada hewan ternak, kemudian dilepaskan di sungai dengan terikat tali. Hingga kemarin sore, upaya itu belum membuahkan hasil. Muriansyah menjelaskan, buaya tak lagi menampakkan diri seperti sebelumnya.
”Saat ini pancing masih terpasang. Sembari memasang (pancingan), kami juga memberikan pengarahan kepada warga yang ditemui di desa, sekitar lokasi serangan. Memang warga menjadi khawatir, cemas saat beraktivitas di sungai. Takut buaya,” jelasnya. (mir/ign)