SAMPIT - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur berupaya menstabilkan harga kelapa dalam di wilayah Selatan Kotim. Salah satunya dengan mengeluarkan izin bagi investor yang ingin membangun perusahaan pembuatan tepung dari kelapa.
”Sudah ada investor yang masuk untuk membangun pabrik pembuatan tepung dari kelapa dalam. Kini pihak investor masih mengurus perizinan lainnya," ujar Sekretaris Daerah Kotim Halikinnor belum lama ini.
Adanya persetujuan izin dari pemerintah untuk pembangunan pabrik bukan tanpa sebab. Hal itu untuk meningkatkan kembali semangat petani untuk merawat dan memelihara kelapa dalam di daerah selatan tersebut.
Apalagi semenjak harga kelapa turun drastis tiga bulan terakhir, perusahaan semacam itu sangat dibutuhkan agar harga kelapa kembali meningkat, dan permintaan dengan jumlah yang besar bisa kembali dirasakan oleh petani.
” Semoga bisa segera dibangun pabrik tersebut. Paling tidak, 2019 mendatang sudah bisa beroperasi,” kata Halikinnor.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Kotim I Made Dikantara berharap petani tidak beralih ke kelapa sawit. Sebab, kelapa dalam kedepannya hasilnya lebih baik dan lebih menjanjikan ketimbang kelapa sawit.
“Mudah-mudahan dengan adanya investor kelapa dalam tidak hanya dimanfaatkan sebagai kopra, bahkan batok kelapa maupun sabutnya bisa dimanfaatkan,” ujar I Made di ruang kerjanya.
Dinas Pertanian Kabupaten Kotim belum menerima laporan bahwa petani kelapa dalam banyak beralih ke tanaman kelapa sawit terutama di wilayah bagian selatan Kotim yang sudah ditetapkan sebagai lumbung padi.
“Kami belum mengetahui dan belum ada laporan. Seandainya petani tetap ada yang ngotot beralih ke tanaman kelapa sawit, Dinas Pertanian Kabupaten Kotim akan membawa SK Bupati Kotim untuk menekan petani bahwa wilayah selatan khususnya Teluk Sampit dan MHS tidak dibenarkan tanam kelapa sawit,” ujar I Made.
Untuk itu, sambung dia, petani wilayah selatan tidak diizinkan untuk membuka lahan perkebunan selain untuk pertanian. “Kalau kelapa dalam ke tanaman kelapa sawit masih dianggap wajar. Kalau padi beralih ke tanaman kelapa sawit, kami akan turun lapangan untuk membawa SK Bupati,” katanya.
Seperti diketahui harga kelapa dalam saat ini mengalami penurunan yang sangat drastis. Bahkan dalam satu biji hanya dihargai Rp 800 saja. Dibandingkan pada beberapa bulan sebelumnya yang harganya mencapai Rp 1.800 per buah.
Hal tersebut memaksa sejumlah petani beralih menanam kelapa sawit. Kelapa sawit dinilai lebih cepat menghasilkan. Sangat disayangkan pdahal kawasan Selatan ini digadang sebagai kawasan khusus untuk sentra pertanian. Salah satunya pertanian kelapa dalam. (oes/fin/yit)