SAMPIT – Masih tingginya ketergantungan warga terhadap Sungai Mentaya, terutama kawasan yang terdapat habitat buaya, membuat teror hewan pemangsa itu akan berlangsung selamanya. Warga yang kerap beraktivitas di bantaran sungai tak akan pernah aman, karena predator mematikan itu selalu mengintai.
Hal itu tercermin dari perilaku buaya yang kembali mengganas. Predator itu menerkam Tasman (55), Desa Penyaguan, Kecamatan Pulau Hanaut, Sabtu (14/7). Pria itu nyaris tewas jadi santapan buaya saat beraktivitas di sungai. Nyawanya selamat setelah sang istri dan anak turun tangan. Akibat serangan itu, pergelangan kaki kanannya luka berat.
Lia (45), istri korban, menyaksikan sendiri suaminya nyaris kehilangan nyawa. ”Saya hampir tidak percaya melihat suami dimangsa buaya. Saya sempat berpikir dia tidak bisa diselamatkan lagi. Soalnya saat itu badan suami saya terguling berulang kali oleh buaya tersebut,” katanya.
Menurut Lia, suaminya diserang buaya saat turun ke sungai. Saat itu Tasman baru saja bangun tidur dan bergegas ke sungai. Kemudian membersihkan wajahnya menggunakan air sungai. Diduga saat itulah dia diincar buaya. Saat hendak mengambil sikat gigi, buaya itu beraksi dan langsung menyambarnya.
”Sebenarnya, sayalah yang harus digigit buaya itu, karena biasanya saya yang duluan pergi ke lanting. Tapi, saat itu si bapak (Tasman, Red) yang malah duluan ke lanting. Kami yang ada di dalam rumah, malah tidak tahu bapak pergi ke lanting,” tuturnya.
Gigitan buaya di kaki Tasman, membuatnya harus dilarikan ke Puskesmas terdekat hingga dirujuk kembali ke RSUD dr Murjani Sampit. Pantauan Radar Sampit di Instalasi Gawat Darurat (IGD), Tasman terbaring lemas. Dia ditemani keluarganya. Pergelangan kaki kanannya yang digigit buaya harus diperban.
”Atas kejadian itu, tulang bagian pergelangan kaki bapak remuk, sedangkan tulang bagian tumitnya hilang karena dimakan buaya,” ujarnya.
Terpisah, Kapolsek Pulau Hanaut Iptu Jabidi Idar mengatakan, saat digigit buaya, air Sungai Mentaya saat itu sedang pasang. ”Menurut warga setempat, buaya di sekitar lokasi kejadian akhir-akhir ini sering muncul,” katanya.
Bupati Kotim Supian Hadi meminta masyarakat di wilayah selatan berhati-hati ketika beraktivitas di sungai. Dia meminta camat, kepala desa, hingga lurah, aktif mengimbau warga di wilayahnya masing-masing agar kejadian serangan buaya tak terus terulang.
Dia juga meminta warga tak bertindak sendirian. ”Apabila ada warga yang ingin menangkap, apalagi membunuh buaya, hal tersebut akan melanggar aturan,” katanya.
Supian menyadari warga di wilayah selatan masih bergantung pada sungai. Karena itu, dia meminta agar mulai membiasakan diri beraktivitas di darat. ”Seperti mencuci pakaian, mandi, dan lainnya. Jangan sampai lagi ada yang berani beraktivitas di pinggir sungai,” ujarnya.
Menurut Supian, Pemkab Kotim hanya bisa menyerahkan masalah itu ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) untuk mengatasi dari teror predator tersebut.
”Mudah-mudahan langkah yang dilakukan BKSDA nanti bisa mengantisipasi. Mau melalui program apa pun, asalkan ke depannya tidak ada lagi warga Kotim digigit, apalagi sampai dimakan buaya. Mudahan-mudahan harapan besar ini tercapai,” pungkasnya. (sir/ign)