PALANGKA RAYA – Terduga teroris di Palangka Raya, L (45), yang ditangkap tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri merupakan sel teroris dari jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Terduga kabarnya berniat menyerang aparat. Penyerangan itu direncanakan dengan matang dan akan dilakukan pada peringatan HUT RI.
Rencana jahat itu berhasil digagalkan aparat. Barang bukti yang diamankan polisi, menyingkap persiapan serangan tersebut, di antaranya lima senjata dari pipa paralon, dua samurai, belati, parang, golok, panah, busur, penutup wajah, dan beberapa bahan kimia. Selain itu, bahan peledak juga disiapkan untuk serangan tersebut.
Diduga kuat L tak bergerak sendiri. Ada pelaku lainnya yang masih dalam pengembangan Densus 88 Antiteror Mabes Polri dan Polda Kalteng.
”L merupakan terduga teroris dan jaringan JAD. Dia mengincar aparat dan akan beraksi di Kalteng untuk membuat teror,” kata Wakapolda Kalteng Brigjend Pol Dedi Prasetyo, Selasa (14/8).
JAD merupakan kelompok teroris di Indonesia yang paling aktif melancarkan aksi teror. Kelompok itu juga memiliki koneksi dengan beberapa kelompok radikal lainnya, seperti Mujahidin Indonesia Timur (MIT) dan Mujahidin Indonesia Barat (MIB). Kelompok ini akan mendukung satu sama lain dalam melancarkan aksinya.
Terduga teroris, L, diduga merupakan sel teroris berkembang di Palangka Raya. Dia diamankan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri dibantu Polda Kalteng dan Polres Palangka Raya.
Dia tercatat sebagai aparatur sipil negara (ASN) yang bertugas di Rutan Klas IIA Palangka Raya. Statusnya nonaktif karena tak bekerja selama setahun lebih. L tinggal bersama istri dan tiga anaknya. Sang istri berprofesi sebagai guru dengan status ASN di salah satu SD di Palangka Raya.
Dedy menuturkan, polisi masih mendalami keterangan L yang kini mendekam di tahanan di Polda Kalteng. Rencananya, dia akan dibawa ke Mabes Polri untuk ditindaklanjuti. ”Terus kami kembangkan. Seluruh alat bukti masih kami kumpulkan. Tunggu nanti lebih rinci,” tegasnya.
Menurut Dedi, sejauh ini L bergerak seorang diri. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan ada terduga lainnya. Polisi masih melakukan pengembangan.
Dedi menuturkan, aktivitas L sebagai terduga teroris ada yang mendanai. Dana itu mengalir dari luar Kalteng. ”Semuanya ada yang mendanai dan perencanaannya pun sudah sangat matang. Belum beraksi sudah kami gagalkan dan ini masih dalam penyelidikan,” ujarnya.
Sementara itu, berdasarkan analisa dari barang bukti yan berhasil diamankan, senapan berbentuk paralon yang ditemukan aparat sangat mematikan dan bisa melukai dari jarak 50 meter. Senjata itu bisa ditembakan menggunakan spritus dengan peluru kelereng atau benda tajam lainnya. Nyaris mirip AK 47.
Baru Tiga Tahun
Sehari setelah penggerebekan Densus 88 Antiteror Mabes Polri, kediaman L di Jalan Betutu Gang Rukun tampak sepi. Pintu depan yang sempat didobrak sudah diperbaiki aparat. Beberapa kali anak sulung terduga L keluar rumah untuk melihat situasi sekitar.
Istri dan tiga anak L masih berada di rumah tersebut. Aparat sempat kembali menggeledah rumah itu. Dari dalam rumah ditemukan kembali barang bukti berupa tabung dan barang bukti lainnya.
Informasi yang diperoleh Radar Sampit, L bersama keluarga tinggal di tempat itu sekitar tiga tahun belakangan ini. Delapan bulan belakangan, L sangat tertutup dan tidak banyak bergaul. Padahal, biasanya dia aktif dalam kegiatan gotong royong. Dia juga memperlihatkan perilaku ganjil.
”Beliau baru tiga tahun di Gang Rukun. Dua tahun lalu tidak ada gelagat ganjil selama bertangga. Nah, delapan bulan ini baru terlihat. Dia tidak pernah menyapa dan bergotong royong lagi. Tertutup. Jadi selama tetangga jarang bergaul. Aktivitasnya hanya mengurus tanaman di depan rumah,” ujar, Hatno Pranoto, tetangga L ketika ditemui Radar Sampit.
Harto menuturkan, penampilan L juga perlahan berubah. Dia memelihara janggut, rambutnya gondrong, dan cara berpakaian yang berbeda.
Harto sempat menyaksikan tim kepolisian yang kembali menggeledah rumah terduga. Dari lokasi itu ditemukan beberapa barang bukti. ”Tadi diamankan air aki dan tiga botol cairan. Yang menggeledah dari Polres Palangka Raya. Otomatis warga takut dan waswas. Kami waspada, siapa tahu ada jaringannya lagi,” ujarnya.
Kejadian itu, lanjutnya, membuat sang istri trauma. ”Istrinya dikabarkan masih di dalam rumah dan trauma. Itu ada tiga anak dan istri L dalam rumah,” katanya.
Secara terpisah, Wali Kota Palangka Raya HM Riban Satia prihatin dan kaget terkait kabar tersebut. Apalagi selama ini Palangka Raya jauh dari isu jaringan teroris dan relatif jadi kota yang aman dari ancaman kelompok tersebut.
”Saya tidak menyangka dan dengan hal ini sedih, terlebih warga. Saya harap ini tidak ada lagi dan Palangka Raya jauh dari hal itu,” tegasnya.
Wali Kota dua periode ini menegaskan, pihaknya menyerahkan semuanya kepada penegak hukum dan meminta dinas pendidikan untuk mengawal kasus tersebut. Dia meminta masyarakat terus waspada dan berperan aktif mencegah kejadian tersebut terulang kembali.
”Intinya, saya minta masyarakat berperan aktif melaporkan setiap gerak-gerik mencurigakan dari masyarakat pendatang. Saya harap ini tidak terulang kembali,” pungkasnya. (daq/ign)