ARATUR pemerintah di Kalimantan Tengah kecolongan. Delin, salah satu atlet yang memperkuat tim Indonesia dalam cabang olahraga softball, tak mendapat perhatian sedikit pun. Radar Sampit mewawancarai gadis berusia 24 tahun itu. Berikut tulisannya.
=========
Jemari Delin menari lincah di atas telepon pintarnya. Hatinya masygul. Perjuangannya sampai arena Asian Games 2018 yang dihelat di Jakarta dan Palembang, seolah tak ada artinya bagi pemerintah di daerah asalnya, Kalimantan Tengah.
Kegundahan itu kemudian dia tuliskan dalam status Facebook-nya, 20 Agustus lalu. Dia mencurahkan perasaannya. Hatinya pedih. Delin menangis. Kemegahan acara pembukaan Asian Games 2018, tak mampu mengobati kesedihannya.
Di tengah ratapannya, Delin mencoba menguatkan hati. Dia ingin tetap berjuang untuk Indonesia. Di pentas olahraga terbesar di benua Asia itu.Ketika jarum jam menunjuk angka 21.39, ungkapan hatinya itu ”terbit” di Facebook. Beberapa menit setelah kembang api pembukaan Asian Games menghiasi langit-langit Jakarta.
Status itu seketika viral. Hanya berselang beberapa menit, warganet ramai-ramai membagikannya. Sekaligus memberi semangat pada gadis kelahiran Tumbang Paku, Kabupaten Katingan itu.
Dalam status yang menggunakan bahasa Dayak itu, Delin mengasihani dirinya sendiri. Sampai Asian Games dibuka, dia tak pernah dijenguk pengurus Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kalteng yang menaungi atlet Bumi Tambun Bungai. Delin mengaku malu saat ada yang bertanya soal itu.
”Tapi tak apa, tetap semangat Delin. Setidaknya ada di sini berjuang untuk bangsa, orang tua, dan orang yang telah mendoakan saya. Fighting spirit for Indonesia Del,” tulis Delin.
Tak mudah bagi Delin untuk sampai ke arena Asian Games sekaligus menyaksikan kemegahan upacara pembukaan pesta olahraga Asia itu. Dia banyak berkorban untuk memperkuat tim Indonesia. Bahkan, dia harus keluar biasa sendiri sebelum akhirnya biaya keberangkatannya ditanggun Perbasasi (Persatuan Baseball dan Softball Seluruh Indonesia).
”Perjuangannya banyak banget. Harus mengorbankan banyak hal, seperti meninggalkan pekerjaan, jauh dari orang tua dan keluarga. Itu luar biasa bangat menurut saya. Selain itu, juga harus menghadapi persaingan antar-atlet dari berbagai daerah supaya bisa terpilih dan berada di sini,” tuturnya.
Perjuangan berat itu, lanjut Delin, sangat terasa saat sesi latihan. ”Menurut saya itu adalah perjuangan yang sangat luar biasa. Di sisi lain, suatu kebanggan bagi saya bisa berdiri di sini (Asian Games) membawa nama Indonesia dan merah putih,” katanya.
Mengenai unggahan statusnya yang menyindir pemerintah, Delin menuturkan, sejak mengikuti seleksi cabor softball pada Januari lalu, KONI Kalteng belum sekalipun ada perhatian.
”Mungkin karena tak tahu ada atlet (softball) Kalteng yang ikut atau gimana, saya juga kurang tahu. Kalau menurut saya, perhatian buat para atlet dari KONI maupun pemerintahnya masih kurang,” katanya.
Delin mengharapkan ada perhatian dari pemerintah dalam mengembangkan dunia olahraga. Termasuk mengembangkan atlet asal Kalteng sampai ke tingkat nasional. Menurutnya, banyak atlet berbakat yang perlu perhatian.
”Kami berharap ada perhatian terhadap atlet Kalteng, karena banyak atlet Kalteng yang perlu perhatian demi mengembangkan bakatnya. Kalteng juga mempunyai banyak generasi penerus yang berbakat," kata guru olahraga di SMPN Satu Atap 3 Marikit.
Kepada Radar Sampit, Delin menyampaikan tekadnya mengembangkan softball di Kalteng, meskipun cabor itu kurang diminati dibanding olahraga lainnya.
Kurang Koordinasi
Dikonfirmasi terpisah, KONI Kalteng menegaskan, keluhan Delin itu karena kurang koordinasi antara Pengurus Provinsi (Pengprov) cabang olahraga dengan KONI.
Wakil Sekretaris KONI Kalteng Pinten menegaskan, pihaknya tidak ada maksud untuk tidak memerhatikan keberadaan wakil Kalteng yang bertanding untuk Indonesia dalam cabang olahraga apa pun, termasuk softball.
”Sebetulnya bukan tidak ada perhatian, tapi itu (keluhan, Red) karena kurang koordinasi saja. KONI sendiri tidak tahu kalau kita (Kalteng, Red) ada mengirim atlet untuk cabang olahraga itu,” katanya, Rabu (23/8).
Selain softball, Pinten menuturkan, Kalteng mengirim wakil untuk tiga cabang olahraga, di antaranya atletik, panahan, dan tenis meja. Jauh hari sebelum mengirim atletnya untuk mewakili Indonesia, pengprov dari tiga cabang olahraga tersebut telah menyampaikan surat kepada KONI Kalteng. Untuk softball, menuturnya, tidak ada pemberitahuan.
”Saya juga kaget. Ternyata softball ada keterwakilan Kalteng setelah kemarin saya ada ke Jakarta juga. Karena pada awalnya hanya panahan, atletik, dan tenis meja yang menyampaikan surat pemberitahuan,” ujarnya.
Selain karena kurang koordinasi, akses untuk menemui atlet juga terbilang cukup ketat, sehingga tidak mudah menjenguk mereka. Apalagi atlet tersebut sudah berada di pemusatan latihan.
”Tidak mudah masuk areal tempat atlet. Saat di Jakarta kemarin sempat bertemu dengan atlet panahan. Itu pun di tempat pertandingan dan hanya melalui tribun penonton,” katanya.
Agar ”kasus” Delin tak terulang, dia mengharapkan semua pengprov cabang olahraga memberitahukan KONI apabila mengirim atletnya dalam kejuaraan. Apalagi bertaraf internasional.
”Ya, paling tidak ada pemberitahuanlah, karena yang lebih teknis itu kan mereka (Pengprov, Red). Namun, pada intinya, kami tidak melupakan para atlet Kalteng yang bertanding. Apalagi itu atas nama negara,” tegasnya. (agf/sho/ign)