SAMPIT - Dua sungai di Desa Sebabi Kecamatan Telawang Diduga tercemar limbah. Akibatnya, ribuan ikan sungai ditemukan mengapung dalam kondisi mati.
Tak kurang dari 1 kuintal jumlah ikan kecil dan ikan besar yang hidup di Sungai Sebabi dan Sungai Buluh Tibung itu. ”Ini sudah terjadi beberapa hari, dan mengakibatkan ikan yang ada di dua sungai ini membusuk dan mengapung ,” kata Edeng, warga Desa Sebabi, Selasa (28/8).
Peristiwa matinya ikan bukan yang pertama. Kejadian pertama di Sungai Buluh Tibung, yang merupakan anak Sungai Sebabi Seranau. Tidak berselang lama, air yang terkominasi limbah itu kemudian menyebar hingga meluas kepada induk sungai Sebabi Seranau.
Ribuan ikan yang mengapung tak semuanya mati. Ada juga yang masih hidup. Warga di desa itu sempat mengambil ikan-ikan tersebut hingga terkumpul 20 kilogram.
Berbagai ikan yang terkapar dan mati itu jenis ikan sungai, yakni ikan tapah, baung, saluang dan lain sebagainya. Kejadian tersebut adalah pertama kalinya diketahui warga setelah melihat ikan di sungai Buluh Tibung mengapung.
”Ketika ikan mulai mengapung dan ada yang membusuk di sepanjang sungai, barulah (warga) gempar, jika memang air sungai itu beracun,” lanjut Edeng.
Sejauh ini, kata dia, Kepala Desa Sebabi, Matius bersama pihak pemerintah desa aparat Pospol Sebabi sudah turun ke lokasi kejadian, guna pengecekan lapangan. Hasil peninjuan masih belum diketahui.
”Kejadian ini sebenarnya sudah dari kemarin (Senin) warga sudah melihat ikan mati,” tambahnya.
Pihak pemerintah desa menduga, kematian ikan diakibatkan limbah dari pabrik sawit yang berada di sekitar lokasi. Limbah itu masuk ke aliran sungai.
”Dekat pabrik, memang limbah masih mengalir makanya kami duga ikan mati karena limbah itu,” tegas Edeng.
Secara terpisah, Wakil Ketua DPRD Kotim, Parimus mengaku sudah menerima aduan warga terkait kejadian itu. Ribuan ikan mati yang kini mulai membusuk itu bahkan diperkirakannya sudah sejak dua hari lalu.
”Sejumlah warga sudah melaporkan kejadian itu kepada kami. Maka dari itu kami akan segera turun ke lapangan untuk mengeceknya,” kata dia.
Parimus mengakui, jika di sekitar sungai itu ada pabrik kelapa sawit yang operasional. Namun belum diketahui apakah penyebabnya berasal dari limbah pabrik itu atau justru ada oknum lainnya.
”Memang ada pabrik di daerah sungai Buluh Tibung. Di sungai itu merupakan titik awal (pertama kalinya) terjadi kematian masal ikan sungai,” tambahnya.
Dari video dan foto yang diterimanya, kata Parimus, patut diduga air sungai itu beracun. Dia juga menegaskan kepada pemerintah daerah untuk segera turun tangan.
Dinas Lingkungan Hidup menurut Parimus, merupakan SOPD yang paling bertanggung jawab terhadap dugaan pencemaran air sungai yang jadi andalan warga tersebut. ”Ini kami (pemerintah) tekankan supaya diusut siapapun pelakunya. Karena sudah masuk kejahatan lingkungan yang sanksinya berupa pidana,” tandasnya. (ang)