SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Jumat, 27 Desember 2019 21:10
Mendung Tutupi Gerhana Matahari di Kalteng
Anak-anak berusaha melihat proses terjadinya gerhana matahari cincin melalui piringan kaset, Kamis (26/12). Warga di Sampit, Kotawaringin Timur, hanya dapat menyaksikan gerhana matahari sebagian.(USAY NOR RAHMAD/RADAR SAMPIT)

Gumpalan awan nyaris merata dan hujan turun beberapa saat sebelum puncak gerhana Matahari sebagian melintasi wilayah Kotawaringin Barat dan Kotawaringin Timur. Hal itu membuat  masyarakat kesulitan mengamati proses terjadinya fenomena alam tersebut. 

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Iskandar Pangkalan Bun Slamet Riyadi menjelaskan, pantauan radar cuaca di atas Pangkalan Bun dan sekitarnya terkumpul awan dan menutupi pandangan ke angkasa.

“Ada sebagian kecil saja yang tidak tertutup awan, namun secara umum wilayah Pangkalan Bun dan sekitarnya memang mendung,” katanya, Kamis (26/12)

Menurutnya bila kondisi cuaca cerah maka kejadian itu (gerhana) akan sangat mudah terpantau karena untuk wilayah Kotawaringin Barat gerhana Matahari sebagian akan terjadi di magnitude 0.87.

“Akan terlihat seperti bulan sabit, namun dengan cahaya yang lebih terang. Dan kondisi sekitar akan seperti mendung dan tidak akan mengalami kegelapan seperti gerhana matahari total,” katanya.

Seperti diketahui bahwa Gerhana Matahari Cincin (GMC) terjadi ketika Matahari, Bulan, dan Bumi tepat segaris dan pada saat itu piringan Bulan yang teramati dari Bumi lebih kecil daripada piringan Matahari. Akibatnya, saat puncak gerhana, matahari akan tampak seperti cincin, yaitu gelap di bagian tengah dan terang di bagian pinggirnya.

“Saat GMC itu terjadi akan terdapat dua macam bayangan bulan, yaitu antumbra dan penumbra. Di wilayah yang terlewati antumbra, gerhana yang teramati berupa gerhana matahari cincin. Sementara di wilayah yang terkena penumbra, gerhana matahari sebagianlah yang akan teramati, salah satunya di wilayah Kalimantan Tengah ini,” ujarnya

Ada lima fase gerhana matahari, yaitu saat kontak awal, kontak kedua, puncak gerhana, kontak ketiga, dan kontak akhir gerhana. “Saat terjadi gerhana, kemungkinan di Kobar hanya akan terasa seperti mendung saja, tapi tidak terlalu juga,” tambahnya.

Ia menjelaskan bahwa secara umum gerhana matahari yang terjadi di Kalteng dimulai pada pukul 11.01 WIB, puncak gerhana terjadi pada 12.58 WIB, sedangkan gerhana berakhir pukul 14.39 WIB. “Durasi waktu gerhana memang cukup panjang, dan rata-rata di Kalteng mencapai 3 jam 38 menit,” katanya.

Prakirawan BMKG Kotim menambahkan, penampakan gerhana Matahari bisa diamati dengan bantuan alat seperti teleskop.

"Jika ingin melihat bisa via streaming youtube info BMKG atau di www.bmkg.go.id/GMC," ucapnya. Kamis, (26/12).

Deputi Bidang Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Muhamad Sadly mengatakan, GMC akan teramati lagi di Indonesia pada 21 Mei 2031. Artinya masih 12 tahun lagi. Jika kota yang kemarin bisa melihat GMC ada 25 kota, maka pada 21 Mei 2031 nanti GMC akan melewati Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Jalur yang dilalui GMC menurut Sadly memang berbeda-beda.

”Secara  umum,  gerhana  dapat  diprediksi  waktu  dan  tempat  kejadiannya.  Untuk  memprediksi keberulangannya  secara  global,  gerhana  dikelompokkan  ke  dalam  suatu  kelompok  yang  disebut siklus Saros tertentu,” ungkapnya. 

Sebetulnya, untuk gerhana Matahari sendiri bakal terjadi di semua wilayah. Namun hanya beberapa wilayah saja yang bisa melihat. Kemarin durasi terlama berada di Selat Panjang, Riau, yakni 3 menit 38,9 detik. Magnitudonya pun terbesar. 

Sementara itu di luar negeri, hal itu bisa dilihat di beberapa negara. Menurut BMKG wilayah yang terlewati jalur cincin pada GMC kemarin adalah Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, Oman, India, Srilangka, Samudra India, Singapura, Malaysia, dan Samudera Pasifik.

Untuk mengamati gerhana tak boleh dengan mata telanjang. Bahkan alat-alat seperti kaca mata hitam, film foto, dan sebagainya pun tak boleh. Risikonya jika bandel maka mata akan sakit. Sinar ultra violet dari matahari yang tajam dapat menyebabkan sakit mata sampai dengan buta. (lyn/mia/dia//sla/yit)

 

 

 


BACA JUGA

Kamis, 14 Agustus 2025 12:17

Tindak Tegas Perusak Fungsi Drainase

SAMPIT – Ketua DPRD Kotawaringin Timur (Kotim), Rimbun menegaskan pemerintah…

Kamis, 14 Agustus 2025 12:17

Prioritaskan Infrastruktur Jalan Pertanian dan Pendidikan

SAMPIT – Ketua Komisi II DPRD Kotawaringin Timur (Kotim), Akhyannoor,…

Rabu, 13 Agustus 2025 11:24

Ketua DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Rimbun

SAMPIT – Persaingan antara pasar tradisional dan pasar modern di…

Rabu, 13 Agustus 2025 11:23

Dukung Rencana BUMD Produksi Air Minum Kemasan

SAMPIT – Ketua DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Rimbun menyatakan…

Rabu, 13 Agustus 2025 11:23

Realisasikan Program Beasiswa Dokter Spesialis

SAMPIT - Wakil Ketua Komisi III DPRD Kotawaringin Timur (Kotim)…

Selasa, 12 Agustus 2025 17:08

Tindaklanjuti Permohonan Hibah Tanah Pembangunan MAN

SAMPIT - Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim),…

Selasa, 12 Agustus 2025 17:05

Dorong Pertamina Gencarkan Sosialisasi Transisi Tabung Elpiji

SAMPIT - Anggota DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) Hendra Sia…

Selasa, 12 Agustus 2025 17:03

Kembalikan Anggaran Jalan Cempaka Mulia–Pulau Hanaut

SAMPIT – Wakil Ketua II DPRD Kotawaringin Timur (Kotim) Rudianur…

Senin, 11 Agustus 2025 11:56

Desak Telusuri Penyewaan Aset Daerah

SAMPIT – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kotawaringin Timur…

Jumat, 08 Agustus 2025 17:19

Kotim Kaya SDA, tapi Masyarakat Tak Merasakan Dampak Ekonomi

SAMPIT – Ketua DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Rimbun menyoroti…

Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers