Gumpalan awan nyaris merata dan hujan turun beberapa saat sebelum puncak gerhana Matahari sebagian melintasi wilayah Kotawaringin Barat dan Kotawaringin Timur. Hal itu membuat masyarakat kesulitan mengamati proses terjadinya fenomena alam tersebut.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Iskandar Pangkalan Bun Slamet Riyadi menjelaskan, pantauan radar cuaca di atas Pangkalan Bun dan sekitarnya terkumpul awan dan menutupi pandangan ke angkasa.
“Ada sebagian kecil saja yang tidak tertutup awan, namun secara umum wilayah Pangkalan Bun dan sekitarnya memang mendung,” katanya, Kamis (26/12)
Menurutnya bila kondisi cuaca cerah maka kejadian itu (gerhana) akan sangat mudah terpantau karena untuk wilayah Kotawaringin Barat gerhana Matahari sebagian akan terjadi di magnitude 0.87.
“Akan terlihat seperti bulan sabit, namun dengan cahaya yang lebih terang. Dan kondisi sekitar akan seperti mendung dan tidak akan mengalami kegelapan seperti gerhana matahari total,” katanya.
Seperti diketahui bahwa Gerhana Matahari Cincin (GMC) terjadi ketika Matahari, Bulan, dan Bumi tepat segaris dan pada saat itu piringan Bulan yang teramati dari Bumi lebih kecil daripada piringan Matahari. Akibatnya, saat puncak gerhana, matahari akan tampak seperti cincin, yaitu gelap di bagian tengah dan terang di bagian pinggirnya.
“Saat GMC itu terjadi akan terdapat dua macam bayangan bulan, yaitu antumbra dan penumbra. Di wilayah yang terlewati antumbra, gerhana yang teramati berupa gerhana matahari cincin. Sementara di wilayah yang terkena penumbra, gerhana matahari sebagianlah yang akan teramati, salah satunya di wilayah Kalimantan Tengah ini,” ujarnya
Ada lima fase gerhana matahari, yaitu saat kontak awal, kontak kedua, puncak gerhana, kontak ketiga, dan kontak akhir gerhana. “Saat terjadi gerhana, kemungkinan di Kobar hanya akan terasa seperti mendung saja, tapi tidak terlalu juga,” tambahnya.
Ia menjelaskan bahwa secara umum gerhana matahari yang terjadi di Kalteng dimulai pada pukul 11.01 WIB, puncak gerhana terjadi pada 12.58 WIB, sedangkan gerhana berakhir pukul 14.39 WIB. “Durasi waktu gerhana memang cukup panjang, dan rata-rata di Kalteng mencapai 3 jam 38 menit,” katanya.
Prakirawan BMKG Kotim menambahkan, penampakan gerhana Matahari bisa diamati dengan bantuan alat seperti teleskop.
"Jika ingin melihat bisa via streaming youtube info BMKG atau di www.bmkg.go.id/GMC," ucapnya. Kamis, (26/12).
Deputi Bidang Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Muhamad Sadly mengatakan, GMC akan teramati lagi di Indonesia pada 21 Mei 2031. Artinya masih 12 tahun lagi. Jika kota yang kemarin bisa melihat GMC ada 25 kota, maka pada 21 Mei 2031 nanti GMC akan melewati Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Jalur yang dilalui GMC menurut Sadly memang berbeda-beda.
”Secara umum, gerhana dapat diprediksi waktu dan tempat kejadiannya. Untuk memprediksi keberulangannya secara global, gerhana dikelompokkan ke dalam suatu kelompok yang disebut siklus Saros tertentu,” ungkapnya.
Sebetulnya, untuk gerhana Matahari sendiri bakal terjadi di semua wilayah. Namun hanya beberapa wilayah saja yang bisa melihat. Kemarin durasi terlama berada di Selat Panjang, Riau, yakni 3 menit 38,9 detik. Magnitudonya pun terbesar.
Sementara itu di luar negeri, hal itu bisa dilihat di beberapa negara. Menurut BMKG wilayah yang terlewati jalur cincin pada GMC kemarin adalah Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, Oman, India, Srilangka, Samudra India, Singapura, Malaysia, dan Samudera Pasifik.
Untuk mengamati gerhana tak boleh dengan mata telanjang. Bahkan alat-alat seperti kaca mata hitam, film foto, dan sebagainya pun tak boleh. Risikonya jika bandel maka mata akan sakit. Sinar ultra violet dari matahari yang tajam dapat menyebabkan sakit mata sampai dengan buta. (lyn/mia/dia//sla/yit)