SAMPIT – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) telah menetapkan status tanggap darurat banjir. Bencana tersebut telah berdampak luas, salah satunya banyak akses jalan yang terputus.
"Melihat perkembangan situasi banjir sudah terjadi selama satu minggu terakhir maka kami mulai hari ini (kemarin) telah menetapkan status tanggap darurat banjir di Kotim," kata Yephi Hartadi, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kotim, Senin (13/9).
Yephi menuturkan, pihaknya telah menyediakan pos lapangan (poslap) di Kecamatan Mentaya Hulu dan Parenggean. Poslap tersebut sebelumnya dibentuk untuk penanganan kebakaran hutan dan lahan, namun karena banjir mulai mengkhawatirkan, akhirnya juga difungsikan untuk bencana tersebut.
Menurut Yephi, tingkat kerawanan banjir cenderung terjadi diwilayah utara Kotim. Di antaranya, Kecamatan Antang Kalang, Telaga Antang, Mentaya Hulu, Tualan Hulu, dan sebagian desa di Kecamatan Parenggean.
”Semua kecamatan di wilayah utara kami pantau dan terus berkoordinasi data terupdate setiap hari," ujarnya.
Dari laporan yang diterima BPBD Kotim, sampai saat ini sejumlah warga ada yang memilih menetap di rumah masing-masing. Ada pula yang mengungsi di rumah tetangga yang datarannya lebih tinggi dan aman dari banjir.
”Sampai saat ini belum ada permintaan darurat dari warga maupun warga yang terjebak banjir. Kalaupun dalam beberapa hari kedepan genangan banjir tidak kunjung surut, kami sudah siapkan wadah pengungsian untuk warga yang terdampak banjir," ujarnya.
Yephi menambahkan, saat ini ketinggian air berkisar 40-80 cm dalam keadaan tanpa hujan. ”Beberapa desa sudah ada yang surut, tetapi karena beberapa hari ini hujan terus, akhirnya debit air meninggi lagi. Untuk sekarang debit air masih bertahan dikisaran 50-80 cm," ungkapnya.
Akibat banjir, akses jalan di sejumlah titik di wilayah utara Kotim terhambat hingga mengakibatkan jalan terputus. ”Akses jalan banyak yang terputus di beberapa titik. Paling parah di jalur Desa Jariangau menuju ke Kelurahan Kuala Kuayan," ujarnya.
Tingginya debit air, lanjut Yephi, juga membuat jaringan listrik nyaris terganggu, sehingga sebagian besar wilayah utara Kotim yang terdampak dan terendam banjir dipadamkan untuk menghindari potensi bahaya.
”Sebagian besar desa yang terendam banjir banyak yang dilakukan pemadaman, karena posisi gardu listrik sudah rawan terendam di beberapa tempat. Jadi, harus di padamkan," ujarnya.
Sementara itu, terkait penanganan hingga bantuan bahan pokok terhadap warga yang terdampak, masih menunggu data yang dikumpulkan valid. ”Sampai saat ini kami masih melakukan pendataan dan pemantauan di lokasi banjir. Untuk bantuan bahan pokok akan disalurkan setelah kami memastikan data yang kami kumpulkan valid sehingga kami harapkan tidak muncul data ganda dan bantuan untuk korban banjir bisa disalurkan dengan tepat sasaran," tandasnya. (hgn/ign)