SAMPIT-Putri Pariwisata Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2020 yang juga finalis Putri Pariwisata Indonesia mewakili Kalteng, Thisia Halijam jadi sasaran kritik pengguna media sosial. Hal itu setelah unggahan di story instagram pribadi milik Thisia Halijam mengenai banjir yang sedang melanda sejumlah kabupaten di Kalimantan Tengah.
Protes dari berbagai pihak penggiat lingkungan berdatangan karena Thisia Halijam memandang banjir hanya dari sisi kebiasaan buang sampah di sungai. Tautan yang ditulis beredar di media social itu yakni.”Bukan gak peduli lingkungan tapi kita hidup di Negara yang mengutamakan hukum positif. Apa-apa harus ada legalitasnya. Contoh seseorang dapat dipidana karena adanya beberapa unsure tindak pidana. Jadi kalau Negara ini mau maju aman dan harus tetap mengutamakan aturan hukum Negara. Kalo aturan hukumnya tidak dihargai pasti terjadi perpecahan dimana-mana.Lests we are Unity in Diversity,”tulisnya
“Lagian sekarang emang lagi banjir dimana-mana bukannya dilamandau aja, Dikantingan juga banjir.Terus mau disalahin siapa? Kan bencana alam akibat ulah manusia. Dengan membuang sampah ke sungai juga bia menyebabkan banjir. Jadi kembali lagi ke tiap-tiap masyarakat untuk mengatur pola hidup yang bersih, sehat dan ramah lingkungan,” tulisnya lagi.
Tidak berselang lama warganet pemilik akun Yusuf Roni Hunjun Huke menyampaikan surat terbuka kepada putri Pariwisata Kalteng itu. Yang mana pada intinya menyampaikan kekecewaan kepada duta pariwisata atas pernyataan di media social tersebut. Tulisan ini dibagikan sekitar 432 orang, ditanggapi sekitar 1100 orang dan dikomentari.
Selain itu juga pemilik akun Demang Limus juga menyampaikan kekecewannya tersebut melalui surat terbuka. Demang Limus kecewa dengan pernyataan Thisia Halijam sebagai publik figur dan influencer yang memberikan opini yang salah.
”Bisa jadi anda menerima info yang salah atau memang tidak tahu apa-apa, tapi pura-pura tahu. Anda tidak punya simpati ketika bicara terkait banjir dan memikirkan kontek masalah hanya sekilas buang sampah, ini bukan kota yang banjir, ini desa-desa tepi sungai yang memang dari dulu rumah mereka di buat tinggi agar terhindar banjir dan mereka tahu sudah ukuran tinggi banjir sungai normal sehingga mereka hafal berapa tinggi rata-rata rumah dan bahkan nenek moyang orang dayak milih tanah untuk bikin kampung juga sudah menghitung tinggi banjir pada tempat yang mereka akan datangi, biasanya ada beberapa kayu yang jadi patokan,” tulis Demang Limus.
Menurutnya, kehancuran hutan di hulu dan bufferzone sungai membuat daerah resapan air menghilang. Katinganmemiliki tingkat kehilangan hutan lebih awal dari Lamandau. Semestinya kejadian di Katingan memperkuat alasan bahwa hutan harus dipertahankan, salah satunya di Lamandau. Dan Kinipan sebelum terlambat.
”Anda itukan putri pariwisata mestinya tahu dong hutan dan ekosistemnya termasuk orangutan merupakan daya tarik utama wisata di Kalteng. Mestinya anda tahu pentingnya hutan,” kata Demang Limus. Tulisan ini pun ditanggapi ribuan warga net dan dibagikan sekitar 902 kali dan beragam komentar dari warga net lainnya.
Perlu diketahui, setidaknya empat kabupaten di Kalimantan Tengah dilanda banjir, yaitu Lamandau, Seruyan, Katingan, dan Kotawaringin Timur. Kabupaten Seruyan ada lima kecamatan yang terendam, yakni Kecamatan Balantikan Raya (12 desa tergenang), Kecamatan Batangkawa (9 desa tergenang), Kecamatan Lamandau (7 desa dan satu dusun tergenang), Kecamatan Bulik (5 desa terendam), dan Kecamatan Bulik Timur (1 desa terendam).
Sementara untuk Kabupaten Seruyan ada enam kecamatan yang terendam, yakni Kecamatan Danau Seluluk, Seruyan Hulu, Seruyan tengah, batu Ampar, Suling Tambun, dan Hanau.
Di Kabupaten Katingan ada tujuh kecamatan yang terendam, yakni Kecamatan Katingan Tengah, Pulau Malan, Tewang sanggalang Garin, Katingan Hilir, Tasik Penyawan, Katingan Hulu dan Marikit.
Sementara di Kabupaten Kotawaringin Timur ada lima kecamatan, Antang Kalang, Telaga Antang, Mentaya Hulu, Tualan Hulu, dan Bukit Santuai.
Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur Yephi Hartady tidak menampik kondisi banjir yang terus meluas. Banjir dengan ketinggian bervariasi itu kemungkinan masih terjadi karena curah hujan di kawasan utara tersebut masih tinggi.
"Selain itu juga ada informasi banjir juga terjadi di Kecamatan Parenggean, tapi kami masih menunggu laporan dari tim di sana. Di Kecamatan Bukit Santuai, dilaporkan banjir meluas ke Desa Tumbang Penyahuan," kata Yephi.
Masyarakat diimbau terus waspada terhadap kemungkinan banjir susulan dan bertambah parah. Masyarakat yang tinggal di dataran rendah maupun langganan banjir, juga diminta untuk selalu waspada terhadap potensi banjir. (ang/yit)