SAMPIT – Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) tak mau ambil risiko wabah menyebar di lingkungan sekolah. Karena itu, standar ketat diterapkan bagi sekolah yang ingin memulai aktivitas belajar tatap muka. Dari hasil verifikasi, belum ada sekolah yang siap.
Verifikasi dilakukan Satgas Covid-19 bersama Dinas Pendidikan Kotim ke semua sekolah yang mengajukan permohonan pembelajaran tatap muka, Senin (2 /11). Syarat yang belum terpenuhi itu, di antaranya mengenai kebersihan ruangan, jarak tempat duduk antarsiswa, dan perlengkapan alat perlindungan diri (APD).
”Verifikasi terlebih dahulu kami lakukan pada SMP di dalam Kota Sampit, baru kemudian menyusul sekolah di kecamatan," kata Juru Bicara Satgas Covid-19 Kotim Multazam.
Di dalam kota ada sebelas SMP yang dilakukan verifikasi, yakni SMPN 1, SMPN 2, SMPN 3, SMPN 4, SMPN 6, SMPN 9,SMPN 10, SMPN 11, MTsN, SMP PGRI 1, dan SMPN Satu Atap 2 Baamang. ”Dalam penilaian kami, banyak yang perlu dipersiapkan,” ujarnya.
Multazam mengatakan, persyaratan wajib yang harus dilengkapi akan ditunggu sampai 8 November. Dengan demikian, pembelajaran tatap muka bisa dimulai pada 9 November. Dalam Surat Edaran Bupati Kotim tentang Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka sebelumnya, aktivitas sekolah dibuka pada 2 - 9 November 2020 untuk jenjang SMP dan MTs. Kemudian, 9 - 16 November 2020 untuk jenjang SD dan MI Kelas 4, 5, dan 6. Selanjutnya, 16- 23 November 2020 untuk jenjang SD dan MI Kelas 1, 2, dan 3.
Multazam menegaskan, ketatnya penerbitan rekomendasi dilakukan karena Satgas Covid-19 tidak ingin mengambil risiko jika terjadi sesuatu pada peserta didik saat pembelajaran tatap muka dilakukan.
”Paling utama adalah kebersihan ruangan, karena delapan bulan tidak terisi harus dibersihkan. Kamar kecil juga dibersihkan. Perlengkapan pribadi siswa dengan dana BOS, masing-masing siswa dan guru sudah dilengkapi masker dan pelindung wajah, orang tua juga membawakan anaknya hand sanitizer walaupun di sekolah juga menyediakan. Ini merupakan proses membiasakan anak didik, sebab mereka ini akan jadi agen prokes," katanya.
Terkait jam belajar, Satgas menilai sekolah sudah memenuhi standar aturan, yakni dengan adanya pembagian jam masuk serta jam belajar, sehingga tidak menimbulkan kerumunan. Untuk di SMPN 1 Sampit akan dilakukan dua kali shift, yakni pagi dan sore.
”Jika dilihat kumulatifnya, per siswa hanya satu hari saja dalam seminggu. Setiap mata pelajarannya tidak sama dengan situasi normal, karena dalam skema proses belajar mengajar tatap muka ditetapkan ada jeda antara shift satu dan dua durasi sekitar 1 jam 40 menit,” jelasnya.
Di SMPN 1 Sampit dengan jumlah 901 orang siswa akan menempati 10 ruang kelas dari seluruh ruang kelas yang tersedia dengan jumlah siswa per kelas dibatasi maksimal 16 orang. ”Masing- masing sekolah menyesuaikan metodenya masing. Yang menjadi ukuran adalah jam belajar, jumlah siswa per shift," kata Multazam.
Sementara itu, Kepala SMPN 1 Sampit Maspa Puluhulawa mengaku gembira dengan adanya kesempatan untuk kembali melaksanakan pembelajaran tatap muka. Pasalnya, kurang lebih selama delapan bulan siswa dan guru tak bertemu secara langsung.
”Kami menyambut gembira akan dibukanya kembali sekolah dengan tatap muka, karena sudah delapan bulan tidak bertemu. Kami merindukan para murid. Kami sangat ingin tatap muka," katanya.
Saat ini pihaknya tengah melakukan berbagai persiapan sesuai ketentuan dan petunjuk dari Satgas Covid-19 Kotim. ”Ini lagi persiapan. Apa yang disyaratkan sudah dibeli menggunakan dana BOS (bantuan operasional sekolah, Red)," ucapnya.
Maspa mengungkapkan, hingga Rabu (28/10) sore, sudah 60 persen orang tua/wali siswa yang menandatangani surat persetujuan orang tua di atas materai untuk mengikuti pembelajaran tatap muka di sekolah.
”Bagi yang tidak setuju tatap muka, akan kami laksanakan daring bersamaan dengan siswa lain di dalam kelas melalui video, sehingga apa yang disampaikan secara tatap muka tidak berbeda dengan yang diterima murid yang belajar dari rumah,” tandasnya. (yn/ign)