SAMPIT – Penyebaran virus korona penyebab Covid-19 kaslter keluarga di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) kian tak terkendali. Masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan karena infeksi virus itu sangat cepat. Di sisi lain, peningkatan kasus positif Covid-19 membuat sekolah terpaksa kembali menghentikan belajar tatap muka dan kembali dengan sistem daring.
”Dari data yang kami himpun di rumah sakit, banyak klaster keluarga. Jadi, dalam satu kali proses layanan itu, bapak, ibu, dan anak terpapar Covid-19," kata Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Kotim Multazam.
Berdasarkan data Satgas Covid-19 Kalteng, Minggu (15/11), kasus positif Covid-19 di Kotim tercatat sebanyak 513 kasus, bertambah dua kasus dari sehari sebelumnya. Rinciannya, 129 pasien dalam perawatan, 368 pasien sembuh, dan 16 orang meninggal dunia.
Multazam mengatakan, sejak 1 November, berdasarkan analisa Satgas Pusat, Kotim ditetapkan berstatus zona merah karena angka kecepatan kematian yang meningkat, serta cepatnya terjadi penambahan pasien positif Covid-19.
”Angka kematian itu yang berpengaruh terhadap zona di suatu wilayah. Saat ini kami sedang fokus pada penyadaran masyarakat terhadap disiplin kesehatan Covid-19," katanya.
Multazam menegaskan, akan sangat melelahkan ketika Satgas Covid-19 bekerja menangani Covid-19 sendirian, tanpa diikuti kesadaran masyarakat terhadap protokol kesehatan Covid-19. Karena itu, pihaknya terus memberikan pemahaman kepada masyarakat agar waspada dan tidak lengah.
Sementara itu, meningkatnya kasus Covid-19 di Kotim membuat sejumlah SMP yang sebelumnya membuka sekolah dan melaksanakan belajar tatap buka, kembali menghentikan sistem tersebut. Pembelajaran dikembalikan secara jarak jauh dengan sistem daring.
Kepala SMP Negeri 2 Sampit Abdurrahman mengatakan, penghentian belajar tatap muka di sekolah diputuskan setelah digelar rapat antara Satgas Covid-19 sekolah, Satgas Covid-19 kecamatan, dan dewan guru Jumat (13/11) lalu.
”Kami sepakat memutuskan kembali menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh atau belajar lewat daring,” kata Abdrurrahman.
Menurut Abdurrahman, kebijakan tersebut dinilai tepat untuk mencegah dan menghindari penyebaran Covid-19 di lingkungan sekolah. ”Kami tidak ingin ambil risiko. Kebijakan ini sudah disepakati bersama, karena penyebaran Covid-19 situasinya saat ini sedang tidak aman dan sangat rentan menular ke anak-anak,” tegasnya.
Abdurrahman menambahkan, hampir semua sekolah jenjang SMP di Kota Sampit yang sebelumnya memulai aktivitas belajar di sekolah, juga kembali menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh.
Sebelumnya, keputusan Bupati Kotim Supian Hadi yang mengizinkan aktivitas belajar mengajar di sekolah menuai kritik. Sebab, kebijakan ini dikeluarkan saat kasus Covid-19 di Kotim meningkat tajam.
Wakil Ketua DPRD Kotim Rudianur mendesak Pemkab Kotim membatalkan kebijakan tersebut. ”Saya minta agar dinas pendidikan segara mengevaluasi kembali agar aktivitas belajar tatap muka dikembalikan ke sistem dalam jaringan. Ini untuk keselamatan peserta didik beserta guru," kata Rudianur.
Pihaknya telah melihat langsung kegiatan di sekolah. Saat bubar dari sekolah, siswa keluar dari gerbang tanpa memperhatikan lagi protokol kesehatan pencegahan Covid-19. ”Saya langsung melihat sendiri ketika pelajar SMP keluar dari sekolah, justru mereka tidak pakai masker, tidak ada penutup wajah, dan bergerombol di penjual makanan. Ini rentan menjadi klaster baru," kata Rudianur. (yn/hgn/ign)