KOTAWARINGIN LAMA – Sejak Januari lalu pembagian sisa hasil kebun (SHK) petani plasma yang bernaung di Koperasi Mitra Bahaum (KMB) Kotawaringin Lama (Kolam) sering molor. Koperasi ini merupakan mitra PT. Bumitama Gunajaya Abadi (BGA) wilayah 5 Kotawaringin Lama.
Wakil Ketua KMB Kolam Masbudi Satriawan mengatakan, pembagian SHK sering terlambat. PAdahal, sudah ada kesepakatan pembayaran setiap tanggal 25.
Beberapa bulan terakhir ini pihak perusahaan selalu menundanya sehingga pembagian SHK molor sampai bulan berikutnya,” jelas Budi, Selasa (26/4).
Dalam rapat pra SHK dibahas dan disikronkan data hasil panen yang dipegang koperasi dengan catatan yang dimiliki perusahaan.
Menurut Budi, saat ini ada penurunan produksi buah sawit. Selain itu perusahaan juga mengambil empat blok lahan plasma Kelurahan Kotawaringin Hulu (Kohul) dan delapan blok di Desa Sakabulin untuk dijdikan lahan inti.
”Ya kita sebenarnya kecewa dengan pihak PT BGA yang mengubah ploting lahan plasma di Kohul dan Sakabulin menjadi lahan inti. Akibatnya, berdampak kepada penghasilan seluruh petani,” ungkapnya.
Budi mencontohkan, di Kohul pada tahap satu ada 400 anggota, dengan lahan plasma yang sudah disepakati sebelumnya di blok J51 hingga blok J56, kemudian blok K41 sampai blok K62, dan blok L41 sampai blok L46.
Kemudian baru-baru ini pihak perusahaan menarik blok K41, blok L41, blok L42, dan blok L43 yang total luasnya sekitar 123,68 hektare untuk dijadikan lahan inti.
Masih menurut Budi, 400 anggota petani plasma Kohul tersebut perlu 800 hektare. Dengan keberadaan seluruh blok yang disepakati awal masih kekurangan 41 hektare.
”Nah kalau empat blok lagi diambil , makin banyak kurangnya. Sementara di dalam pembagian SHK disepakati tanggung renteng seluruh anggota Koperasi Mitra Bahaum yang meliputi Kelurahan Kohil, Kohul, Desa Lalang, dan Desa Sakabulin,” imbuh Budi. (gst/yit)