SAMPIT – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Pos Jaga Sampit mengharapkan Pemkab Kotim turun tangan mencari solusi agar tak ada lagi warga yang diserang buaya di pinggir sungai. Di sisi lain, warga juga diminta tak membuang sampah dan membangun kandang ternak di tepian Sungai Mentaya untuk menghindari munculnya predator itu di areal permukiman.
Komandan BKSDA Pos Jaga Sampit Muriansyah mengatakan, kejadian serangan buaya yang menimpa warga merupakan akibat atau dampak, bukan pada sebabnya. Pemkab Kotim bisa ikut berperan bersama-sama memecahkan persoalan tersebut.
”Pemerintah daerah marilah sama-sama menghadapi dan memecahkan persoalan ini. Ini dampak dari kerusakan alam atau kerusakan ekosistem yang kita alami saat ini," kata Muriansyah, Sabtu (2/1).
Lebih lanjut Muriansyah meminta warga tak membuang sampah rumah tangga dan bangkai binatang ke sungai. Hal itu dinilai bisa mengundang buaya datang ke lokasi tersebut serta berpotensi menyerang warga.
Muriansyah menuturkan, dari hasil observasi terkait serangan buaya yang menimpa Bahriah (74) di Desa Pelangsian, rumah korban persis di tepian sungai, tepatnya di belakang toilet umum pasar dadakan Pelangsian. Di lokasi itu ada kandang ternak ayam.
”Kami berikan pengarahan dan pemahaman kepada warga. Ada juga pemilik ternak ayam yang hadir. Mereka rencananya mau menjual atau memindahkan ternak ayam jauh dari bantaran sungai," ujarnya.
”Saya juga berpesan kepada kades agar masyarakat tidak membuang sampah pasar ke sungai. Mudah-mudahan warga semakin paham," tambahnya.
Sementara itu, Zulkifli (28), cucu Bahriah, mengatakan, pihak keluarga sudah sering mengingatkan agar neneknya tinggal bersamanya dan tidak lagi di bantaran sungai.
”Nenek hidup sendiri. Kakek tiap hari kerja jauh ke Jalan Jenderal Sudirman Km 29. Nenek tak mau diajak tinggal bersama dan bertahan sendiri," kata Zulkifli.
Zulkifli mengatakan, warga sebelumnya pernah melihat kemunculan buaya. Namun, hal itu tak lantas membuatnya waspada. "Sekitar tiga hari lalu warga pernah lihat kemunculan buaya. Nenek juga ada melihatnya. Tak disangka ini malah menimpa nenek saya," katanya.
Lebih lanjut dia mengatakan, rencananya Bahriah akan menjalani tes usap. Hal itu dilakukan setelah Bahriah dinyatakan reaktif Covid-19 saat Rapid Test. Saat kemarin Bahriah masih dirawat di ruang isolasi RSUD dr Murjani Sampit.
Seperti diberitakan, serangan buaya di Sungai Mentaya, Jumat (1/1) pukul 23.30 WIB, menimpa Bahriah. Akibat serangan hewan buas tersebut, Bahriah mengalami putus lengan kiri. Kaki kirinya mengalami patah tulang dan luka robek.
Bahriah diterkam saat baru selesai buang air ke jamban yang lokasinya berada sekitar tiga meter dari belakang rumah. Rumah korban berada persis di tepi sungai yang tak jauh dari Dermaga Pelangsian.
Selesai buang air, Bahriah lalu membilas tangannya di lanting yang jaraknya sekitar dua meter dari belakang rumah. Malam itu air sedang pasang, saat itulah buaya langsung menerkam tangan sebelah kiri nenek tersebut.
Hewan predator itu menarik korban sampai dalam sungai dan nyaris membuat Bahriah tenggelam. Bahriah lalu teriak minta tolong. Mendengar jeritan Bariah, keluarga korban dan warga sekitar segera menolongnya.
Buaya tersebut nyaris melahap tubuh korban. Namun, tubuh korban terhalang kayu, sehingga kedua saudara korban berusaha menarik sekuat tenaga. Aksi tarik menarik antara predator dengan saudara korban akhirnya dapat menyelamatkan nyawa Bahriah. Namun, kuatnya tarikan mengakibatkan tangan kiri korban putus dan kaki sebelah kirinya sobek. (hgn/ign)