SAMPIT – Pembatasan kapasitas angkut kapal selama arus mudik membuat sebagian tak kebagian tiket kapal. Mereka pun mencoba berbagai cara agar bisa tetap mudik, salah satunya kucing-kucingan dengan petugas.
Sebanyak 60 orang yang tidak mendapat tiket di Pelabuhan Sampit, misalnya, mencoba mengelabui petugas dan naik kapal. Namun, upaya mereka gagal. Puluhan pemudik itu dipaksa turun dari Kapal Kirana III tujuan Sampit-Surabaya yang berangkat kemarin.
Mereka masuk bersama ratusan pemudik yang memiliki tiket. Agar terhindari dari pemeriksaan, mereka menaiki truk yang saat itu masuk kapal. Kemudian bersembunyi di antara barang angkutan.
Tugini (38), salah seorang di antaranya mengatakan, ia bersama tiga temannya datang dari daerah perkebunan kelapa sawit dan tidak mendapat tiket kapal.
”Kami dari sawitan. Tidak punya tiket mau pulang, katanya tiketnya habis. Sempat naik (kapal), karena enggak ada tiket kami semua bersembunyi di truk,” tutur Tugini kepada Radar Sampit sambil memandangi kapal yang sudah berangkat, Minggu (3/7).
BACA JUGA: Belasan Pemudik Ini Dipaksa Turun Kapal, Ada Apa Lagi?
---------- SPLIT TEXT ----------
Tugini bersama tiga temannya mengaku nekat karena tidak punya pilihan lain. Sebab, mereka tidak bisa membeli tiket kapal yang akan pergi sesuai tujuan mereka ke Surabaya. ”Kami masuk di antara orang banyak. Tidak berapa lama, ada pemeriksaan. Kami sudah bersembunyi, tetapi ketahuan petugas kapal,” tuturnya.
Kepala KSOP Sampit Benny Noviandinudin mengatakan, penumpang kapal yang sudah diberangkatkan sebanyak 13.073 jiwa. ”Hingga saat hingga tanggal 1 Juli kemarin sudah berangkat sebanyak 12.223 orang dan kali ini pemudik berangkat sebanyak 850 orang. Jadi, totalnya 13.073 orang. Ditambah nanti sekitar pukul 11.00 WIB (kemarin, Red) akan berangkat kembali sekitar 1.642 orang,” ujar Benny.
Terkait penumpang yang mencoba naik kapal tanpa tiket, Benny mengatakan, pihaknya bertindak tegas dengan mengeluarkan pemudik tersebut. ”Kami sebelumnya mendapat info, kemudian langsung kami tindaklanjuti, cek ke atas kapal, dan memang
benar ada, kemudian kami turunkan (dari kapal),” tandasnya.
Mengantisipasi penumpang yang berdesak-desakan, lanjut Benny, selama embarkasi, pihaknya memberlakukan sistem buka-tutup pelabuhan. Sistem itu ada tiga tahap. Mulai dari depan terminal, dibagi lagi saat memasuki ruang section satu, setelah itu ke section dua atau pelabuhan.
”Dengan diberlakukannya sistem buka-tutup ini, penumpang lebih tertib ketika memasuki area pelabuhan dan kapal. Tidak ada lagi yang saling dorong atau terjepit karena saking banyaknya pemudik seperti yang pernah terjadi tahun-tahun sebelumnya,” katanya.
Lebih lanjut Benny mengatakan, sejauh ini arus mudik berjalan lancar berkat kerja sama dan koordinasi dengan semua pihak terkait. Baik dari pihak Pelindo, Pelni, Dharma Lautan Utama (DLU), Keamanan, ataupun Pramuka yang turut membantu kelancaran arus mudik tersebut. (mir/vit/ign)