PALANGKA RAYA – Kian tak terkendalinya jumlah pekerja seks komersial di Kota Palangka Raya, terutama di warung remang-remang, membuat DPRD Kalimantan Tengah (Kalteng) gerah.
Lembaga legislatif itu meminta Pemerintah Kota Palangka Raya melakukan penertiban terhadap warung remang-remang yang di kawasan Jalan Mahir Mahar. Pertimbangannya, kawasan tersebut sudah terdeteksi banyak Pekerja Seks Komersial (PSK) yang beroperasi.
Wakil Ketua Komisi C Reza Fahrony mengatakan apabila terjadi pembiaran, dikhawatirkan akan berdampak buruk. Pasalnya tidak menutup kemungkinan PSK yang beroperasi di kawasan itu mengidap HIV/AIDS. Jika para PSK tersebut terus beraktivitas, jelas sangat membahayakan khususnya penyebarannya kepada masyarakat Kota Palangka Raya.
“Ya sudah pasti aktivitas semacam itu ilegal, dan kenapa masih dibiarkan?. Harusnya ada ketegasan dari pemerontah kota. Kalau katanya ada preman, sebaiknya tidak perlu takut dengan preman,” kata, Jumat (22/7).
Menurutnya sikap Pemkot Palangka Raya menangani masalh itu masih terkesan lamban. Tak hanya berdampak sosial bagi masayrakat sekitar. Adanya PSK yang mengidap virus HIV/AIDS, dimana kalau tidak ada tindakan tegas sangat membahayakan karena mungkin saja cepat menyebar ke kalangan masyarakat dari para pria hidung belang.
---------- SPLIT TEXT ----------
Lebihy lanjut dia menyebutkan, pemerintah pusat melalui Kementerian Sosial (Kemensos) telah menargetkan pada 2019 mendatang Indonesia akan bebas lokalisasi prostitusi. Oleh karena itu dia mengharapkan agar masalah sosial seperti ini dapat menjadi perhatian serius dan pemerintah daerah.
“Pemkot juga diharapkan melakukan pendataan yang valid terkait keberadaan para terduga pengidap virus HIV tersebut. Hal ini kemudian bisa dilakukan tidanklanjut dengan diberikan pembinaan serta dilakukan upaya pencegahan,” katanya.
Sebagaimana diketahui, data Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kalimantan Tengah, menunjukan data kasus HIV/AIDS di provinsi itu terus mengalami peningkatan. Dimana per Desember 2015 lalu hanya sebanyak 679 kasus dan per Maret 2016 lalui sudah mengalami peningkatan menjadi 911 kasus. (sho/vin)