SAMPIT – Teroryang ditebar terduga pelaku pembunuhan terhadap Alinan (63) di Jalan Iskandar 30 pada 1 Agustus lalu belum berhenti. Dua pelaku, Ardy alias Ady alias Amang Banjar (41) dan Hariyanto (35), masih bebas berkeliaran. Warga pun masih bersiaga dengan senjata tajam, khawatir pelaku muncul dan membuat keributan.
Informasi yang dihimpun Radar Sampit, Selasa (30/8), warga Kelurahan Ketapang dan Desa Telaga Baru mulai jarang beraktivitas mencari sumber penghasilan di hutan dan kebun karet. Mereka khawatir bertemu terduga pelaku. Keluarga korban berharap keduanya bisa segera tertangkap, agar warga tenang beraktivitas.
Susi (32), anak sulung Alinan, korban pembunuhan, ketika dijumpai Radar Sampit di kediamannya, Senin (29/8), meyakini pelarian dua terduga pelaku tidak jauh dari sekitar lingkungan mereka.
”Dia (pelaku, Red) tidak jauh dari sini. Sekitar kawasan SMP Negeri 4 Sampit sering muncul di tengah hutan dan kebun karet. Otomatis masyarakat resah. Setiap hari kami mendapat kabar, semua warga ribut dan ikut mengejar dengan membawa senjata tajam,” katanya.
Susi berharap dua terduga pelaku yang merupakan tetangganya itu menyerahkan diri secara sukarela. ”Kami ingin menyampaikan pesan menggunakan pengeras suara agar dua pelaku menyerah diri secara baik-baik. Sudah cukup, jangan lagi membuat keributan,” katanya.
Menurut Susi, banyak warga berdatangan ke rumahnya, bercerita tentang teror yang mereka terima dari terduga pelaku. Mereka rata-rata resah dan khawatira karena bekerja di sekitar hutan dan kebun.
”Banyak yang takut bekerja. Di antaranya pencari kelakai, saat ini tidak lagi mencari sayuran itu karena pernah bertemu orang bertopeng, mirip dengan ciri-ciri pelaku,” tuturnya.
Sejak kejadian tragis itu, Susi dan keluarga memang sedikit tertutup dengan dunia luar. Mereka jarang berkumpul dengan warga lainnya. Mereka tampak tidak tenang dan masih bertanya alasan ayahnya harus menjadi korban kekejian pelaku.
”Tadi malam (Minggu, Red) kami menggelar selamatan 25 hari meninggalnya Abah (Alinan, Red). Selama kejadian kami memang sedikit tertutup, kami sering di rumah saja. Daripada banyak mendengar omongan di luar yang bikin sakit hati. Tidak mudah kehilangan orangtua dengan cara seperti ini. Saat ini pelaku belum tertangkap dan kami terus kepikiran,” ujarnya.
Susi mengatakan, pihaknya geram dengan ulah pelaku dan ingin agar pembunuh tersebut mendapat ganjaran setimpal, hukuman mati. ”Jika kami meminta, lebih baik pelaku dihukum mati saja. Itu keinginan kami. Tetapi, kami serahkan kepada hukum saja,” katanya.
Janji untuk Cucu
Sebelum peristiwa tragis itu terjadi, ternyata Alinan meninggalkan sebuah janji yang belum bisa ditepati. Almarhum sempat berjanji kepada cucu laki-lakinya memberikan hadiah ulang tahun. Namun, belum sampai janji itu terwujud, nyawanya terenggut dengan cara sadis.
”Sebelum meninggal dunia sempat mau merayakan ulang cucunya, Irdan (2) pada 2 Agustus lalu, tetapi pada tanggal itu Abah sudah tidak ada. Di usia anak saya yang dua tahun, kakeknya sempat berjanji memberikan sebuah mainan mobil,” ungkap Susi.
Uang Alinan dari hasil kerja sebagai buruh kapal masih ada, tertabung di dalam sebuah VCD rusak. Rencananya, di hari perayaan ulang tahun cucunya, akan digelar acara sederhana. ”Uang tabungan Abah Rp 250 ribu digulung dan disimpan dalam VCD rusak. Hanya Rp 50 ribu saja lagi sudah bisa membeli mobil mainan untuk cucu kesayangannya. Acara sederhana yang direncanakan, batal dilaksanakan,” ujarnya.
Hingga kini, pengejaran terhadap dua terduga pelaku itu masih berlangsung. Pekan lalu, aparat bersama warga nyaris menangkap keduanya. Suara tembakan menyalak beberapa kali, Kamis (25/8) malam. Situasi lantas mendadak tegang. Terduga pelaku dikepung, namun tetap gagal diringkus. (mir/ign)