SAMPIT – Perkelahian berujung maut terjadi di Jalan Iskandar, Gang Rambai 3, Sampit. Mahasiswa Universitas Darwan Ali (UNDA) Sampit, Toni Hidayat, menjadi korban. Dua luka tusuk membuat pemuda 20 tahun itu tewas. Ironisnya, pelaku penusukan ada teman sendiri, Rano (25), yang sudah diamankan Polres Kotim, Selasa (20/9) kemarin.
Menurut Kapolres Kotim, AKBP Hendra Wirawan, saat itu korban tidur di indekosnya. Tiba-tiba pelaku membangunkan korban untuk menonton televisi. Diduga kaget, korban marah dan terjadi cekcok. Tak terhindarkan perkelahian berujung penusukan. Korban sempat mendapat perawatan di RS Murjani Sampit. Namun, dinyatakan meninggal dunia pukul 05.30 WIB. ”Pelaku berhasil ditangkap di TKP dengan barang bukti sebuah pisau dapur,” ujarnya.
Sementara itu, warga sekitar menyatakan korban yang bersimbah darah sempat berjalan sekitar 200 meter dari tempat kejadian. Terdengar suara minta tolong dan mengerang kesakitan. Namun warga tidak berani keluar karena disangka orang gila. ”Pas orang ramai, baru keluar melihat korban luka dan terbaring di depan rumah warga,” ucapnya.
Berdasar informasi yang dihimpun, kejadian bermula pukul 21.00 WIB Rano mengirim pesan singkat pada Toni karena ingin menginap di indekosnya. Kemudian Toni menjemput Rano di depan Gang Rambai 2. Setibanya di indekos, mereka menonton televisi sambil bercerita. Diduga mabuk, Toni malah ngelantur. Rano sempat menanyai Toni, apakah benar dia mabuk dan dijawab iya.
Setelah itu, Toni pergi tidur. Rano lanjut nonton televisi. Sekitar pukul 01.15 WIB, Rano membangunkan Toni untuk nonton pertandingan sepak bola. Tak disangka, Toni justru pergi ke dapur dan mengambil tali rafia untuk menjerat leher Rano. Terdesak, Rano melawan dengan mengambil botol limun yang dipukulkan ke kepala Toni.
Toni terjatuh kemudian mengambil pisau di lantai. Toni menusuk Rano, mengenai telapak tangan. Toni kembali menusuk Rano tapi meleset. Tangan Toni yang memegang pisau didorong oleh Rano menusuk ke arah badan korban.
---------- SPLIT TEXT ----------
Motif penusukan masih simpang siur, informasi lain meyebutkan bahwa pelaku ingin menguasai barang milik korban berupa laptop.
Anak Baik
Ditemui di kamar mayat RSUD Murjani Sampit, ibu korban tampak sendu meratapi kematian anaknya. Sumiati (50), warga Desa Mekar Tani, Kecamatan Mendawai, Katingan, tidak ada firasat hingga Toni meninggal dunia. ”Tidak ada firasat, cuma mata bergetar-getar. Malam tadi, kata bapak dia masih berangkat kuliah,” imbuhnya.
Sumiati datang beserta anak perempuannya, hanya dikabari bahwa Toni sakit. Tidak tahu jika Toni usai berkelahi dan ditusuk. Kemudian Sumiati bergegas mencari transportasi untuk ke Sampit. Ternyata anak yang dikenal baik dan berbakti kepada orangtua tersebut sudah terbujur kaku.
Tidak ada tanda-tanda jika Toni akan pergi untuk selama-lamanya. Sumiati hanya tahu anak lelakinya ingin bersungguh-sungguh menuntut ilmu di perantauan. Sesekali pulang kalau kehabisan biaya hidup.
Terakhir bertemu 20 Agustus 2016, Toni pamit kembali ke Sampit. Nahas, hari itu menjadi pertemuan terakhir mereka. ”Dulu libur kuliah sebulan. Pulang, kerja di hutan untuk bantu-bantu orangtua susah,” katanya.
Sementara teman kuliah korban, Roni, mengenal Toni anak yang baik dan pendiam. Tidak pernah ada musuh. Namun, Toni merupakan mahasiswa pindahan, sekitar satu bulan lalu dari STKIP. ”Berteman nyaman karena orangnya baik. Tidak dengar punya masalah,” tukasnya.
Bukan Masalah Asmara
Sumarso (38), tetangga korban sekaligus teman kuliahnya di UNDA, merasa tak mungkin jika perkelahian berujung maut itu berawal dari masalah asmara. Kata dia, korban selalu berbagi cerita dengan Roni, teman korban yang tinggal bersama Sumarso.
”Memang temannya sering main ke barak. Laki-laki dan terkadang perempuan. Jika karena asmara, sejauh ini tidak ada cerita dari korban. Apabila dia punya pacar juga selalu mengatakan kepada kami siapa orangnya, termasuk jika sedang bertengkar,” kata Roni kepada Radar Sampit.
Sekitar setahun lalu, korban pernah kuliah di STKIP Muhammadiyah Sampit. Tidak lama berselang, dia pindah ke UNDA, tanpa penjelasan yang dianggap masuk akal.
”Sebelumnya kuliah di STIKIP. Berteman dengan pelaku (Rano) yang juga pernah kuliah di situ. Kini pelaku sudah tidak lagi kuliah. Entah kenapa setelah korban pindah ke UNDA lalu terjadi seperti ini. Sebelumnya sempat cerita jika dia pindah hanya karena tidak sanggup mengikuti pelajaran pada siang dan terkadang malam hari,” tambah Sumarso.
Sampai saat ini pihaknya masih menunggu hasil dari pemeriksaan pihak kepolisian untuk mengetahui penyebab teman mereka meninggal dunia. ”Ada dengar, katanya karena masalah laptop.Tidak tahu jika ada masalah lainya. Pelaku sudah ditangkap polisi dan diamankan di Polres Kotim,” timpalnya. (ara/mir/dwi)