Didaulatnya jelawat menjadi ikon Kotim melahirkan inovasi dunia usaha. Seperti bisnis kerajinan berbahan dasar ikan bernama latin Leptobarbus Hoevenii tersebut.
IBNU RAMADHAN, Sampit
Muhammad Bachtiar menekuni bisnis berbahan dasar jelawat itu di rumahnya di Jalan Baamang Hulu 1, Sampit. Pria 38 tahun itu merealisasikan ide usaha yang dicetuskan sang ayah.
Bachtiar membuat aneka kerajinan dari sisik jelawat. Usahanya tersebut sudah dia tekuni tiga tahun terakhir. Dia tak sendirian menjalankan bisnis itu. Bachtiar dibantu anggota keluarga yang lain. Ayahnya yang terserang stroke membuat tanggung jawab usaha itu berpindah ke pundaknya.
”Usaha ini sudah saya lakukan sejak awal dibangunnya patung jelawat, tahun 2013. Dulu ayah saya menyarankan membuat souvenir ikon jelawat, mumpung ikonnya belum jadi. Kalau nanti sudah jadi, kalian tinggal memasarkan,” jelas Bachtiar, Kamis (22/9).
Sejak saat itu Bachtiar bersama keluarganya membuat berbagai macam makanan maupun souvenir berbahan dasar jelawat. Kemampuan mengolah bahan dari jelawat itu diperoleh secara otodidak.
”Dulu kami hanya membuat abon jelawat. Sewaktu membuat abon, saya melihat banyak sisik jelawat yang numpuk tidak terpakai. Saya kemudian berpikir bagaimana caranya supaya sisik jelawat ini juga berguna. Lalu istri saya bilang, gimana kalau kita buat bros dari sisik jelawat. Akhirnya kami coba dulu membuat satu bros dari sisik jelawat,” kata Bachtiar.
Dari situlah lahir berbagai macam kerajinan. Bachtiar bersama istrinya, Aan (39), membuat berbagai inovasi kerajinan berbahan dasar sisik jelawat. Saat ini mereka bisa membuat figura foto, lukisan, tempat tisu, tas, dompet, tempat botol minuman, bros, bunga hias, bunga buket untuk pernikahan, tutup gelas, kotak hias untuk anak-anak, pot bunga, dan hiasan dinding.
”Kami bisa membuat berbagai macam kerajinan juga karena pesanan dari pelanggan kami yang beragam,” jelas Aan, istri Bachtiar.
---------- SPLIT TEXT ----------
Aan menjelaskan, mereka mendapatkan sisik jelawat dari membeli ikan jelawat di Pusat Perbelanjaan Mentaya (PPM). Selain itu, kadang mereka juga mendapatkan tambahan sisik gratis dari penjual ikan karena sudah lama berlangganan.
”Kami biasanya beli ikannya 25 kg, dua minggu sekali. Dari 25 kg ikan jelawat itu, untuk bros saja kami bisa membuat sampai 100 bros,” jelasnya.
Selain itu, Aan mengatakan, sekarang dalam membuat kerajinan sisik jelawat sudah ada lima perajin, termasuk dirinya. Masing-masing perajin bisa membuat sampai 20 bros setiap harinya.
Proses pembuatannya, sisik jelawat dicucui lebih dulu. Baru dijemur. Setelah itu sisik-sisik tersebut disulap menjadi berbagai kerajinan.
Harga jual aneka kerajinan itu beragam. Bros harganya berkisar antara Rp 5 ribu – Rp 10 ribu, figura foto berkisar antara Rp 25 ribu – Rp 150 ribu, bunga buket Rp 50 ribu, tempat tisu berkisar antara Rp 30 ribu – Rp 80 ribu, tempat botol Rp 25 ribu, tutup gelas Rp 20 ribu, dan hiasan anak Rp 25 ribu.
”Pembeli di sini beragam, kadang dari dinas-dinas, kadang juga masyarakat umum. Tadi ada dari Pelindo yang datang ke sini beli makanan, dan bros. Pelindo itu memang sudah berlangganan dengan kami. Selain Pelindo ada juga dari ibu-ibu bhayangkari, biasanya beli tempat botol dan bros. Ada juga dari Dinas Perikanan, biasanya mereka beli bunga hias,” jelas Aan.
---------- SPLIT TEXT ----------
Bachtiar mengatakan, mereka promosi hanya dari mulut ke mulut, mereka juga dibantu oleh ketua RT, lurah, dan camat. Selain itu mereka juga ada nitip di tempat orang lain, baik di Sampit maupun di Palangka Raya. Dari kerajinan sisik saja mereka bisa mencapai omset sekitar Rp 3 juta per bulan, dengan modal yang dikeluarkan kurang lebih Rp 500 ribu.
Untuk target ke depannya, Bachtiar berencana menambah jenis produk kerajinan yang dijual, tentunya dengan berbagai inovasi. Dengan adanya usaha ini, dirinya berharap bisa menginspirasi pemuda-pemuda Kotim untuk lebih bisa berinovasi dan bisa memanfaatkan benda-benda yang tidak terpakai agar bisa diolah menjadi berbagai kerajinan.
”Kalau usaha saya sudah sampai skala besar, saya kan bisa merekrut orang-orang baru, saya bisa membantu mereka yang pengangguran atau anak-anak yang putus sekolah supaya bisa ikut berwiraswasta,” harapnya. (rm-76/dwi)