SAMPIT-Hari kelima sejak dilaporkan hilang, keberadaan A Gafar, tenaga kerja bongkar muat (TKBM) korban tenggelam di muara Sungai Mentaya Sampit tak kunjung ditemukan. Bagaimana perasaan keluarga sejak mendengar kabar duka itu?
Selasa (25/10), suasana kediaman A Gafar di Jalan Muchran Ali, Gang Flora Nomor 54, Kelurahan Baamang Hulu, Sampit, tampak ramai dipadati sanak keluarga. Koran ini sengaja menyambangi kediaman Gafar korban tenggelam.
Kedatangan media ini disambut Murniyati, istri A Gafar sembari mempersilakan masuk. Dia terduduk lemas dan ditemani sejumlah kerabat. Mereka mengaku ikhlas dengan musibah itu dan berharap A Gafar bisa segera ditemukan, baik dalam keadaan hidup atau sudah tidak bernyawa.
Murni panggilan Murniyati mulai bercerita, terakhir bertemu suaminya, Rabu (19/10) siang. Tidak ada firasat apapun yang menghampiri ibu rumah tangga dengan tiga orang anak tersebut. Hanya saja, sebelum pergi A Gafar sempat meminta sang istri untuk mencuci sajadah miliknya. "Dia bilang, supaya pas pulang semuanya sudah siap," ucap Murni dengan suara lirih.
Mungkin ini pertanda dari A Gafar. Tidak hanya itu, A Gafar sendiri bahkan membersihkan seisi rumah, halaman, hingga kebunnya. Ada yang berbeda juga, beberapa hari A Gafar tampak melamun. Mengurung diri dalam kamar sambil membaca ayat suci Alquran.
A Gajar memang tak pernah lepas ibadah. Sesibuk apapun dia selalu menyempatkan diri memenuhi kewajiban seorang hamba. Selama 14 tahun bekerja, A Gafar sudah biasa pergi berlayar hingga satu minggu.
Hari itu, dia pergi selepas melaksanakan salat dzuhur. Dia bilang mau mengangkut barang PT Sarpatim. Kemudian pamit pergi, tidak ada pesan lain. "Diantar oleh anak saya, katanya bapak sambil di jalan tidak berhenti berdoa. Terus pesan kalau pulang kerja jangan keluyuran," lanjut Murni di ruang tamu rumahnya.
Murni tak menyangka, dua hari selepas itu A Gafar dikabarkan terpeleset dari kapal, lalu tenggelam. Padahal, siang hari atau Kamis (20/10), A Gafar mengirim pesan singkat pada Murni. Dia menanyakan apakah di Sampit sedang hujan. Murni menjawab tidak, ditambahkannya pesan, baterai HP akan habis. Setelah itu, tidak ada lagi komunikasi.
Jumat sekitar pukul 04.00 WIB, dia diberitahu kejadian tersebut. Namun, pihak perusahaan tidak mengunjungi secara langsung. Murni tak kuasa menahan air mata, dia tak sanggup datang ke tempat kejadian musibah. Hanya beberapa orang sanak saudara mendatangi lokasi.
Keluarga bahkan meminta pertolongan "orang pintar" untuk menemukan keberadaan A Gafar. "Saya minta diperlihatkan sama orang pintar, tapi katanya bapak ini sudah terbawa jauh oleh arus," tutur Murni dengan suara halus.
Keluarga hanya bisa pasrah menerima kenyataan bahwa hingga hari kelima pencarian, wakil mandor itu tidak tampak ke permukaan. Murni ikhlas lantaran sempat bermanfaat-maafan dengan sang suami ketika salat berjamaah di rumah. Kendati demikian, Murni masih mengharap suaminya ditemukan baik dalam keadaan hidup atau meninggal dunia.
"Saya sadar bahwa semua juga pasti kembali pada yang kuasa. Senang dan ikhlas melepas karena dia ibadahnya rajin. Jika hari ketujuh tidak ditemukan, maka keluarga akan melaksanakan salat gaib," tukas Murni menutup cerita siang itu. (ara/fm)