SAMPIT – Gaya komunikasi Bupati Kotim Supian Hadi menuai kritikan. Sorotan terhadap ketidakhadiran Supian dalam berbagai kegiatan, tak seharusnya diperlihatkan dengan emosi di depan publik, apalagi menyebut kritikan bernuansa politis. Kritikan tajam muncul karena buruknya komunikasi bupati dengan publik.
Pengamat Politik Kotim Yohanes Aridian mengatakan, kemarahan yang diperlihatkan Supian bertepatan dengan pelaksanaan upacara Hari Pahlawan tersebut memperlihatkan sikap antikritik. Hal tersebut seharusnya tidak perlu diperlihatkan kepada publik. Sikap itu bisa merugikan kepala daerah.
”Saya melihat, sikap demikian memperlihatkan gambaran kecil bahwa kepala daerah kita saat ini mulai antikritik, karena risikonya memang jadi bupati itu penuh kritikan, tidak hanya selalu dipuji,” kata Yohanes kepada Radar Sampit, Jumat (11/11).
Menurutnya, kritikan yang disampaikan kalangan DPRD dan masyarakat, termasuk pengamat, merupakan hal wajar. Secara tidak langsung itu menujukkan rasa memiliki terhadap kepala daerah.
Kritikan dan masukan, lanjutnya, merupakan salah satu upaya ikut serta membangun daerah. Tantangan Supian untuk membangun daerah tak serta merta harus dilakukan dengan kegiatan gotong royong atau kegiatan sosial lainnya.
”Semuanya memang ada porsinya. Saya kira wajar masyarakat bertanya, DPRD juga mempertanyakan kepala daerah. Itu bukti sinergitas dan saling mengawasi berjalan dengan baik,” kata Yohanes.
Apabila kegiatan Supian di luar daerah semata ingin membangun Kotim, lanjutnya, perlu dijelaskan secara terbuka kepada publik dengan bahasa yang baik. Tidak perlu bagi kepala daerah untuk menyerang pihak mana pun, apalagi sampai menyebutkan mengandung muatan politis.
”Orang kritik itu kan tentunya ada dasar. Dasarnya ya kepala daerah jarang muncul di publik. Harusnya kritikan itu dijadikan introspeksi ke dalam, bukan menujukkan hal yang mengarah pada amarah, karena itu akan menjatuhkan wibawa kepala daerah sendiri,” tandasnya.
Seperti diketahui, sorotan tajam kepada Supian yang dinilai ”menghilang” karena jarang terlihat di depan publik, membuat orang nomor satu di Bumi Habaring Hurung itu murka. Dia menilai kritikan tersebut bernuansa politis. Kegeraman Supian disampaikan di hadapan ratusan peserta upacara peringatan Hari Pahlawan di halaman kantor Pemkab Kotim, Kamis (10/11).
”Beberapa hari ini, di media, bupati jarang di Kotim. Saya tegaskan, saya sengaja tidak membahas, tidak mau berkata apa pun. Saya berkata di Hari Pahlawan 10 November. Saya ingin melihat siapa saja yang terlihat, siapa saja yang berbicara. Itulah orang yang tidak suka dengan saya. Itulah orang yang tidak ingin Kotim ini maju,” ungkap Supian.
Supian mengatakan, selama ini dia memang tidak pernah muncul ke publik lantaran ada beberapa persoalan dan kesibukan yang bersifat kedinasan. Hal itu harus diselesaikan olehnya. Dia bersama Ketua Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Putu Sudarsana merumuskan anggaran tahun 2017. (ang/ign)