SAMPIT – Warga kota Sampit patut berhati-hati, pasalnya bandar arisan tak bertanggung jawab berkeliaran. Sudah banyak yang menjadi korban, rata-rata kaum hawa yang suka ikutan. Niat ingin menabung, justru uang dibawa kabur.
Salah satu korbannya, Selvi karyawati perusahaan swasta di Kota Sampit. Dia tak menyangka tetangga yang selama ini dikenal baik malah lari dari tanggung jawab sebagai bandar arisan di lingkungan tempat tinggal dulu.
Menurut Selvi, bandar arisan bernama Melly warga Jalan Usman Harun, Baamang Hilir itu mengajaknya arisan 2014 silam. Selvi pun tergiur karena niatnya ingin menabung. Anggota setiap harinya membayar uang Rp 20 ribu per nama dan Selvi ikut dua nama.
“Setiap lima hari arisan dikocok. Melly ngakunya ada 115 anggota, setiap arisan dikocok yang datang paling banyak 10 orang. Itu pun warga sekitar rumah,” terang Selvi, Sabtu (10/12) siang.
Namun, ketika sudah 86 nama anggota keluar, ada selentingan arisan bermasalah. Katanya, banyak anggota tidak bayar, sebagian anggota menjual arisan dengan orang lain, dan ada yang tidak menerima uangnya secara penuh ketika namanya keluar.
Selvi memutuskan berhenti di akhir 2015. Antara Selvi dan si bandar membuat perjanjian, uang arisan miliknya akan dibayarkan ketika arisan usai. Namun, janji itu tidak ditepati si bandar.
Melenceng dari perkiraan. Si bandar alias Melly hanya sanggup menyicil pembayaran Rp 500 ribu per empat bulan. Tak ingin ribut, Selvi menerima kesepakatan tersebut. Dua kali pembayaran berjalan lancar, tapi bulan ketiga Selvi hanya menerima Rp 200 ribu.
---------- SPLIT TEXT ----------
“Beda dari perjanjian. Alasannya gak sanggup, tapi melihat motornya masih baru. Padahal dulu juga sempat dengar kabar nama saya keluar, tapi dimasukan lagi. Bandar juga sempat pindah rumah saat arisan mulai kacau,” jelas Selvi.
Bukannya berusaha memberikan penjelasan secara baik-baik, si bandar justru beradu mulut dengan Selvi. Bahkan menantang Selvi untuk melaporkan perkara ini. Awalnya, Selvi mencoba mencari jalan keluar dengan meminta bukti anggota yang tidak bayar dan menagihnya sendiri.
“Intinya dia kasar, kalau gak mampu bilang baik-baik. Total uang saya selama itu Rp 17,2 juta, satu nama Rp 8,6 juta karena ikut dua jadi Rp 17,2 juta, baru dibayar Rp 1,2 juta,” rincinya.
Kekecewaan Selvi terhadap sifat sang bandar menggiringnya ke Polres Kotim. Jumat (9/12) Selvi berniat melaporkan perkara ini ke pihak berwajib. Namun, petugas menyarankan Selvi mengumpulkan anggota lainnya untuk memperkuat kesaksian.
Sebab, ada dua kemungkinan, arisan tersebut ada anggota fiktif atau penipuan. Ranah pidana atau perdata.
---------- SPLIT TEXT ----------
Selain Selvi, perempuan lainnya bernama Nia yang hobi ikut arisan juga sempat bermasalah dengan bandar tidak bertanggung jawab. Awal ikut arisan lancar-lancar saja.
Namun, saat arisan akan selesai, sang bandar justru beralasan banyak anggota tidak bayar. Alhasil, penerima uang arisan malah dipusingkan dengan pengembalian uang yang dicicil.
“Sampai kesel saya menagih, bandarnya bilang tidak ada duit. Dulu saya ikut lancar-lancar saja, sekarang malah kacau,” ungkap Nia karyawati swasta ini ditemui di kantornya.
Perempuan berperawakan subur ini berpesan terutama kaum hawa yang doyan ikut arisan agar berhati-hati. Jika tidak kenal betul dengan sang bandar, Nia menyarankan untuk tidak ikutan. Meskipun sang bandar tetangga sendiri atau teman dekat.
“Hati-hati bila ingin ikut arisan, kita harus betul-betul kenal dengan si bandarnya. Kami sudah mengalami dan jadi korban, kami merasa tertipu,” tandas perempuan yang murah senyum ini. (ara/fm)