PANGKALAN BANTENG - Kegiatan produksi para petani dapat dikaitkan dengan lahan tempat melakukan kegiatan, pupuk untuk kesuburan, benih tanaman, dan irigasi untuk kebutuhan pasokan airnya. Variasi iklim juga harus dipahami petani. Untuk itu, para petani harus mampu dalam menerjemahkan data menjadi informasi iklim yang berguna dan bermafaat bagi mereka untuk memutuskan jenis komoditas dan waktu tanamnya.
”Jika dulu secara tradisional bisa berpatokan pada hari dan bulan, sekarang harus berpatokan dengan data, salah satunya pola curah hujan. Data tersebut diperoleh dari pengukuran harian agar diperoleh karakteristik curah hujan di lokasi bersangkutan,” ungkap Yatno, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Pangkalan Banteng saat menjelaskan pentingnya pemahaman tentang iklim bagi para petani, Selasa (13/12) siang.
Dia memperoleh pengetahuan itu setelah mengikuti Sekolah Lapang Iklim (SLI) yang diselenggarakan BMKG Palangka Raya beberapa waktu lalu. Kegiatan tersebut bisa dilakukan di tiap-tiap untuk wilayah yang memiliki lahan pertanian tanaman pangan yang cukup luas, seperti di Pangkalan Banteng.
Dalam kegiatan tersebut, materi yang diberikan di antaranya pemahaman tentang informasi iklim, pengenalan peralatan meteorologi sederhana, kalender tanam dan indeks iklim untuk asuransi pertanian.
Untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang kondisi dan cuaca, tidak hanya curah hujan yang diukur dan dicatat, tetapi juga semua parameter cuaca, seperti radiasi matahari, tekanan, kelembaban, suhu, kecepatan dan arah angin.
”Manfaat akan sangat terasa ketika terjadi perubahan iklim. Ditambah lagi bila di tiap sentra produksi pertanian dipasang berbagai alat bantu untuk memantau kondisi cuaca. Sampai saat ini alat yang kita punya hanya penakar curah hujan, meski masih manual tapi cukup membantu,” katanya.(sla/yit)