SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Senin, 27 Februari 2017 16:57
”Kami Baru Bangkit, Jangan Jatuhkan Kami”

Mendengar Curahan Hati Petani Teluk Sampit

BERBAGI TUGAS: Para ibu di Desa Parebok, Kecamatan Teluk Sampit, tengah memilah beras sebelum dikemas.(DEVITA MAULINA/RADAR SAMPIT)

PETANI di Kabupaten Kotawaringin Timur kembali bersemangat setelah menemukan cara meningkatkan harga gabah dengan menjual beras dalam bentuk kemasan. Namun, kini ada kejadian yang membuat mereka kembali cemas

 DEVITA MAULINA, Sampit

Sejumlah ibu-ibu asyik membersihkan beras di sebuah pelataran rumah sederhana di Desa Parebok Kecamatan Teluk Sampit. Mereka berbagi tugas. Ada yang memilah, membersihkan, dan menyiapkan pengemasan beras.

Canda ria mengalir dari para perempuan yang umumnya sudah paruh baya itu. Beberapa di antaranya membawa anak mereka yang masih kecil. Rutinitas ini mereka lakukan sejak akhir 2016 lalu, sejak petani setempat memulai sejarah baru dengan memasarkan beras dalam bentuk kemasan.

Tepatnya 28 Oktober 2016, petani setempat mulai memasarkan beras Siam Epang dengan kemasan yang mereka beri nama Jelawat, mengambil nama ikan yang merupakan ikon Kabupaten Kotawaringin Timur. Beras Siam Epang merupakan beras asli Kotawaringin Timur yang sudah didaftarkan hak patennya.

"Kini saya dan ibu-ibu lainnya ada pekerjaan. Ini sangat membantu, terlebih bagi saya yang harus menghidupi dua anak saya seorang diri. Kini saya bisa mendapatkan hasil yang cukup untuk tambahan memenuhi kebutuhan hidup saya dan anak-anak saya. Kami juga berterima kasih kepada bupati karena dengan bangga terus mendukung kami," kata Mastaniah, warga setempat.

Saat ini, sedikitnya 14 orang ibu rumah tangga bekerja membantu proses pengemasan beras. Penjualan beras kemasan itu kini membuka lapangan kerja bagi ratusan bagi kaum pria yang terlibat dalam rangkaian proses seperti bongkar muat hingga pemasaran.

Ada 20 kelompok tani dengan jumlah sekitar 500 kepala keluarga petani yang kini bergabung menjual beras Siam Epang dalam bentuk kemasan. Luas sawah di Teluk Sampit mencapai 9.32 hektare dengan hasil panen mencapai 42.876 ton gabah per tahun.

Harga gabah pun kini meningkat. Dulu petani hanya menjual hasil panen dalam bentuk gabah dengan harga Rp 3.800 hingga Rp 4.200/kg. Namun, setelah ada beras kemasan, harga gabah naik menjadi Rp 5.000 hingga Rp 5.500/kg, karena tidak lagi dipermainkan tengkulak. Namun, petani konsisten menjual beras siam epang dengan harga Rp 11.000/kg, lebih murah dibanding harga di pasaran yang mencapai Rp 13.000/kg.

Namun, kini semangat dan asa petani dan warga yang menggantungkan hidup di sektor ini seketika turun, berubah menjadi kecemasan. Ini terjadi setelah kisruh adanya sejumlah oknum aparatur sipil negara (ASN) yang menghina kualitas beras lokal dengan kata-kata yang sangat tidak pantas, apalagi keluar dari mulut seorang abdi negara dan pelayan masyarakat.

”Tega sekali mereka. Apa tidak berpikir nasib ratusan petani dan warga seperti kami yang menggantungkan hidup dari hasil beras Siam Epang? Apa karena dia pegawai, jadi bisa menghina jerih payah petani? Mereka tidak merasakan betapa beratnya kehidupan kami. Kami baru bangkit, jangan jatuhkan kami," kata Mastaniah.

Bupati Kotim H Supian Hadi tampak emosional ketika mengetahui ada oknum ASN menghina beras Siam Epang. Dia bahkan mengancam memutasi oknum ASN yang sikapnya dinilai melukai hati petani dan bertolak belakang dengan semangat pemerintah mendorong kemandirian petani.

Kekecewaan juga diungkapkan Kepala Dinas Pertanian Kotim I Made Dikantara. Selama ini, instansinya bersama Bupati H Supian Hadi bersusah payah membangun semangat dan meyakinkan petani untuk meningkatkan produksi pertanian. Kini, usaha itu serasa runtuh oleh ulah sejumlah oknum ASN.

”Bupati gencar mempromosikan kepada masyarakat dan mengimbau ASN untuk membeli beras Siam Epang itu untuk membantu masyarakat kita, khususnya petani kita. ASN harus paham itu. Ini kebersamaan kita membantu petani. Kalau ada yang menghina beras Siam Epang, wajar saja kalau bupati juga marah," kata Made.

Beras Siam Epang merupakan produk kebanggaan daerah yang sudah diakui secara nasional. Siam Epang memiliki kelebihan dibanding jenis lain karena harga jualnya tinggi, produktivitasnya tinggi, tahan hama penyakit tikus, tahan kekeringan, dan tahan air asin.

Nasi beras siam epang memang lebih kering. Namun, kini petani juga menanam padi jenis batang gadis yang menghasilkan nasi pulen seperti yang dihasilkan beras yang umumnya didatangkan dari Pulau Jawa. Kini, tinggal niat masyarakat, termasuk ASN untuk sama-sama membantu petani lokal agar mampu mandiri dan sejahtera. (***/ign)


BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 22:17

Dishub Diminta Tambah Traffic Light

<p><strong>PALANGKA RAYA</strong> &ndash; DPRD Kota Palangka Raya menilai sejauh…

Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers