SAMPIT – Kehadiran bajaj menuai penolakan dari kalangan tukang ojek dan becak. Mereka beranggapan kendaraan roda tiga itu tidak diperlukan lantaran Sampit kota kecil.
Sejumlah tukang ojek di Jalan Sutoyo, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, menyampaikan kritik keras kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kotawaringin Timur (Kotim) yang lemah dalam menilai keperluan masyarakat.
”Di kota besar bajaj itu enggak dipakai. Lihat dulu perkembangan Sampit yang tidak terlalu luas,” ujar Minto (38) ketika dibincangi Radar Sampit, Kamis (16/3).
Meskipun bajaj ramah lingkungan dengan bahan bakar gas, Minto bersama empat rekannya tetap mengkritisi sarana transportasi roda tiga itu. Pihaknya menganggap apa yang direncanakan Pemkab Kotim akan berakhir seperti mobil angkutan umum yang hilang dari peredaran.
”Kalau saya jadi bupati, Plaza Sampit yang saat ini kosong, aset negara tak terpakai, dimanfaatkan. Semua angkutan liar pusatkan di situ, dijadikan transportasi resmi biar ada retribusi buat daerah. Bukan malah menambah armada angkutan bajaj,” ketus Minto.
Dia berharap Dinas Perhubungan (Dishub) Kotim ikut memperhatikan jasa transportasi ojek, becak, dan travel. ”Kami rasa dishub mau coba-coba. Ojek saja sepi. Sampit kurang tepat pengadaan seperti itu,” ungkapnya.
Dia berpesan kepada Supian Hadi agar memberikan kesan yang bagus sebelum masa jabatan habis. Kota Sampit harus yang lebih maju, bukan justru mundur dengan memberlakukan bajai.
”Boleh lah (kendaraan) klasik untuk menarik minat wisatawan, tetapi kemana juga nanti bajaj ini beroperasi,” katanya.
Secara terpisah, tukang becak di sekitar Pusat Perbelanjaan Mentaya (PPM) menolak keberadaan bajaj itu. Alasannya, akan menimbul konflik antar jasa angkutan di Sampit.
”Kasihan yang jadi tukang becak, sekarang ini sepi. Becak saja, enggak perlu bajaj. Sampit kan kecil saja. Kalau di luar, kota boleh lah. Memang adanya bajaj ini otomatis kami tersingkir,” terang Purnomo.
Penyedia jasa angkutan becak sejak 1994 di Kota Sampit ini sudah merasakan bagaimana kondisi di lapangan setiap harinya. Mayoritas warga memiliki kendaraan pribadi, sehingga kurang tepat penerapan bajaj.
”Penumpang atau barang di pasar ini sepi. Saran saya, bajaj mangkal di Baamang atau ujung Ketapang, itu enggak ada angkutan. Selain itu kami minta pemerintah harus kumpulkan tukang becak, ini ada sangkut pautnya sama penghasilan kami. Jangan sampai nanti kaya di Jakarta ada kesalahpahaman malah bentrok,” jelasnya.
Pawin (42) yang juga pengguna becak mempertanyakan tujuan penerapan bajaj. ”Di Sampit ini sudah cukup, ada becak, ojek motor, tosa. Kami rasa belum pas bajaj diadakan. Beda ceritanya seperti Jakarta padat penduduk. Sampit ini jalannya sini-sini aja. Masalah ramah lingkungan, becak lebih ramah lingkungan, tanpa mesin dan bahan bakar,” tandasnya.
Sebelumnya, Kepala Dishub Kotim Fadlian Noor menyatakan bajaj akan diresmikan di terminal kedatangan Pelabuhan Sampit. (mir/yit)