SAMPIT – Beberapa hari terakhir isu penculikan anak di Kota Sampit kian kencang. Kabar yang berkembang liar itu jelas membuat resah. Tak sedikit orangtua yang tak tenang selama bekerja dan beraktivitas.
”Seharusnya pihak berwajib segera turun ke lapangan melakukan pantauan. Agar masyarakat, terutama kami kaun ibu-ibu ini tidak lagi cemas dengan buah hati kami,” jelas warga Pasar Keramat, Amilda, Rabu (22/3).
Akibat isu itu, aktivitas terganggu. Amilda mengaku harus menunggu anaknya di sekolah dari pagi hingga jam pulang. Dia juga meminta anaknya tak berkomunikasi dengan orang tak dikenal.
”Anak saya baru kelas dua SD, sehingga harus diberikan penjelasan. Saya sampai rela meninggalkan pekerjaan rumah untuk menungguinya di sekolah, karena jarak rumah dan sekolahnya cukup jauh,” ujarnya.
Sejak ada isu penculikan anak di wilayah Baamang, kaum ibu, terutama yang anaknya masih duduk di Taman Kanak-Kanak, semakin protektif. ”Saya minta pihak kepolisian atau pihak yang bertanggungjawab lainnya, kalau memang ada pelakunya segera ditangkap saja. Kami sangat khawatir dan mengganggu aktivitas kami sehari-hari dengan adanya kejadian ini,” pungkasnya.
Di tempat terpisah, anggota DPRD Kotim Dadang H Syamsu meminta masyarakat tetap tenang. Sebab sejauh ini belum ada informasi dari pihak kepolisian tentang penculikan anak. Apalagi hingga dibunuh untuk diambil organ dalamnya.
Dadang mengimbau masyarakat tidak mudah percaya dengan isu tersebut, namun tetap selalu waspada. Dan pihak keamanan pun diharapkan berupaya menjaga kondusivitas daerah .
”Jangan sampai masyarakat kita menjadi phobia karena isu ini kan hanya ramai di media sosial. Artinya kita belum tahu pasti kebenarannya, karena memang belum ada korban yang nyata, dan jangan sampai juga ada korban,” ujar Dadang.
Terpisah, salah seorang ASN di Kotim, Nadiansyah, juga mengakui isu itu membuat dirinya tidak keruan bekerja. Bahkan untuk ikut kegiatan les sore saja anaknya tidak berani. ”Parahnya anak saya itu belakangan ini tidak mau lagi ke luar rumah semenjak ada isu penculikan, untuk ikut ngaji saja tidak mau kalau tidak diantar dan ditunggui,” kata Nadiansyah.
Dia berharap agar pihak kepolisian bisa mensterilkan isu itu. ”Apakah benar atau tidak, kami mengharapkan penyataan dari kepolisian untuk menyakinkan kami sebagai warga,” tukasnya.
Terlepas dari benar atau tidaknya isu penculikan anak belakangan ini, Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kotawaringin Timur Forisni Aprilista mengimbau seluruh masyarakat, terutama orangtua, agar selalu waspada dalam mengawasi anak-anak. Terlebih lagi anak yang masih balita, jangan sampai lepas dari pantauan.
”Jangan pikir karena anak-anak bermain di halaman atau sekitar rumah jadi aman-aman saja, karena pada kenyataannya tidak begitu. Dulu pernah ada kasus penculikan balita di dalam rumah, memang bukan di Kotim, tapi itu bisa menjadi pelajaran kita bahwa tidak ada tempat yang benar-benar aman bagi anak selain di bawah pengawasan orangtuanya,” katanya kepada Radar Sampit, Rabu (22/3).
Masalah penculikan ini pun, menurut Forisni, tidak hanya menjadi perbincangan hangat di Kotim, tapi seluruh Indonesia. Bahkan dalam group medsos P2TP2A seluruh Indonesia telah diinstruksikan agar memberikan imbauan kepada orangtua untuk senantiasa mengawasi anak-anak mereka. Apalagi kabarnya anak-anak yang diculik kerap menjadi korban untuk penjualan organ tubuh atau eksploitasi anak-anak, sebagai pengemis atau pelacur di bawah umur.
Ia pun menjelaskan, beberapa hal harus diperhatikan agar tidak terjadi penculikan. Pertama, tentu pengawasan orangtua terhadap anak, jangan sampai lengah karena bisa memberikan celah bagi para penculik. Ketika menitipkan anak di bawah pengawasan orang lain, baik itu kakek atau neneknya, berikan pesan yang jelas agar mereka memberikan pengawasan penuh terhadap anak tersebut.
Kedua, dalam mempekerjakan pembantu rumah tangga (PRT) maupun pengasuh anak atau babysitter, pilihlah orang yang benar-benar kita kenal, tahu alamatnya, identitasnya jelas, dan kenal dengan keluarganya. Jangan asal memperkerjakan, misalnya orang yang datang untuk melamar pekerjaan, sementara identitasnya tidak jelas dan tidak bisa dipertanggungjawabkan, meskipun ada KTP, bisa saja itu dipalsukan.
”Lebih baik kita ambil orang yang kita kenal sebagai PRT maupun babysitter, jadi jelas identitasnya dan bisa dipertanggung jawabkan. Karena tak jarang pelaku penculikan tersebut justru pembantu atau pengasuh yang kita berikan kepercayaan untuk menjaga anak kita,” tandasnya. (dc/ang/vit/dwi)