SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Sabtu, 15 April 2017 16:37
Ummmaaa.. Kasihannya! Bolak-balik Rumah Sakit hingga Kehabisan Dana

Cerita Saripah Wida Septira, dari Cedera Ringan hingga Berakibat Fatal-

TAK BERDAYA: Saripah Wida Septira saat ditemui di rumahnya di Gang Ketapi II Jalan Ir H Juanda, Sampit.(DEVITA/RADAR SAMPIT)

Siapa duga cedera ringan yang dialami Saripah Wida Septira lima tahun silam membuat ia harus terbaring lemah di tempat tidurnya sekarang ini. Tumor ganas menggerogoti tubuh perempuan 17 tahun itu hingga membuatnya tidak lagi berdaya.

Devita Maulina, Sampit

Kamis (13/4), Radar Sampit mengunjungi di kediaman Said Salim (53) dan Marta Giana (52), kedua orangtua Wida di Gang Ketapi II Jalan Ir H Juanda, Sampit. Rumah sederhana terbuat dari kayu itulah yang menjadi saksi bisu penderitaan Wida selama lima tahun terakhir. Wida memberi sambutan hangat meski hanya dari atas kasur, karena ia tidak lagi bisa leluasa bergerak.

Tampak gumpalan daging yang cukup besar menempel di tangan kanannya. Itulah wujud luar dari penyakit yang menggerogoti tubuh kurus Wida selama bertahun-tahun.  Didampingi sang ibu, Wida menceritakan awal mula ia menderita penyakit tersebut.

Lima tahun lalu, tepatnya pada 2012 lalu, ketika Wida baru menduduki bangku kelas 1 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kemungkinan besar karena niat bercanda, salah seorang temannya menarik tangan Wida ke belakang. Akibatnya lengan Wida terkilir dan kedua orangtuanya segera membawanya ke tukang urut untuk mengobati.

Alih-alih membaik, Wida malah tetap merasa kesakitan dan demam sekitar sebulan. Seiring demam tersebut, tiba-tiba timbul benjolan kecil di bahu belakang lengan kanannya. Ketika diperiksa di RSUD Murjani, dokter menyatakan bahwa telah terjadi pembekuan darah akibat cedera yang dialami Wida sebelumnya.

”Di RSUD Murjani sempat dirawat selama seminggu, lalu kata dokter harus dioperasi, tapi karena terbatasan peralatan mereka menyarankan untuk dirujuk ke RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya,” kisah Wida.

Mengikuti saran dokter, kedua orangtuanya pun membawa Wida berobat ke RSUD Doris Sylvanus. Di sana ia sempat menjalani perawatan selama seminggu. Kemudian dokter melakukan penyedotan darah terhadap benjolan di tubuhnya tersebut. Namun, ternyata upaya tersebut tidak berhasil sehingga diputuskan dioperasi. Sayangnya operasi pun tidak berjalan lancar, sebelum tuntas dilaksanakan, Wida mengalami pendarahan sehingga operasi terpaksa dihentikan demi keselamatan jiwanya.

Karena ketidakmampuan RSUD Doris Sylvanus, akhirnya Wida kembali di rujuk ke rumah sakit lainnya. Kali ini RSUD Ulin Banjarmasin yang menjadi harapan Wida dan keluarganya. Di RSUD Ulin, Wida diminta menjalani pemeriksaan Patologi Anatomik (PA) dan menunggu hasilnya selama kurang lebih 20 hari. Selama masa menunggu itu bekas operasi Wida sebelumnya mengalami pembengkakan dan kian bertambah besar.

Setelah hasil PA keluar barulah diketahui bahwa penyakit yang dialami Wida bukan sekadar pembekuan darah, melainkan kanker jaringan lunak tipe Rhabdomyosarcoma. Orang awam biasa menyebutnya sebagai tumor ganas. Penyakit ini merupakan jenis tumor yang mudah menyebar ke daerah sel jaringan normal lainnya.

Menurut keterangan dokter, sebenarnya penyakit ini tergolong langka dan umumnya menyerang orang-orang lanjut usia, sangat jarang anak-anak kecuali ada pemicunya. Dan siapa sangka cedera ringan yang dialami oleh Wida lima tahun silam tersebut membuatnya harus menderita penyakit yang cukup berbahaya.

”Pas tahu hasil PA itu langsung disuruh menjalani kemoterapi sebanyak 46 kali oleh dokter, kurang lebih satu setengah tahun menjalani kemoterapi tersebut. Setelah kemoterapi itu sempat membaik dan saya sempat melanjutkan sekolah sampai kelas 2 SMP,” ungkapnya.

Sayangnya, kondisi tubuhnya yang membaik tersebut tidak berlangsung lama. Setahun setelah kemoterapi penyakit tersebut kembali menghinggapi tubuhnya. Bahkan, kali ini penyakit tersebut tidak hanya terpusat di satu titik, melainkan tiga; tangan kanan, ketiak, dan punggung. Februari 2016, Wida dibawa ke RSUD Ulin dan kembali menjalani kemoterapi sebanyak 46 kali seperti sebelumnya.

Tapi baru menjalani kemoterapi sebanyak delapan kali kondisi tubuh Wida langsung drop. Ia mengalami pendarahan melalui lubang hidung, telinga, dan dubur. Akhirnya meskipun belum selesai menjalani kemoterapi, keluarganya memutuskan membawa Wida pulang.

Dan sebulan terakhir ini Wida menjalani perawatan seadanya di rumah oleh kedua orangtuanya. Kondisi tubuhnya semakin lemah dan membuatnya tidak bisa banyak bergerak.

”Kalau dulu sakitnya itu cuma di tempat yang bengkak saja, tapi sekarang dari kepala sampai kaki. Apalagi kalau sampai termakan micin (penyedap rasa) atau royco bakalan kambuh sakitnya,” ujar Wida.

Hal ini tentu membuat sakit hati kedua orangtuanya, melihat buah hati mereka harus menderita karena penyakit tanpa tahu harus berbuat apa. Marta mengaku sempat ingin membawa anak keduanya itu kembali berobat ke RSUD Murjani, tapi setelah berkonsultasi, dokter menyarankan agar anaknya melanjutkan kemoterapi di Banjarmasin. Sedangkan, Wida sendiri mengaku sudah tidak sanggup menjalani kemoterapi.

Ada niat untuk membawa anaknya menjalani pengobatan alternatif, namun yang menjadi kendala sekarang adalah dana. Memang benar untuk pengobatan di rumah sakit dan kemoterapi ditanggung oleh pemerintah melalui program BPJS, namun untuk biaya akomodasi dan transportasi ditanggung sendiri oleh mereka. Dan itu cukup menguras habis harta dan benda berharga mereka.

Sementara sang suami, Said, tidak bisa lagi mencari nafkah bagi keluarga mereka, lantaran penyakit stroke yang dideritanya setelah Idulfitri tahun lalu. Jangankan untuk pengobatan Wida, untuk keperluan sehari-hari pun mereka hanya bisa mengharapkan bantuan dari keluarga. Belum lagi, untuk biaya ketiga anaknya yang lain, di mana dua dari empat anaknya masih memerlukan biaya sekolah.

”Kami tidak tahu lagi harus bagaimana. Sekarang anak pertama saya, kakaknya Wida, juga sedang berusaha mencari pekerjaan untuk membantu memenuhi keperluan keluarga kami. Kalau seandainya ada yang bersedia membantu tentu kami sangat berterima kasih,” ujar Marta. (***/dwi)

 


BACA JUGA

Selasa, 13 Mei 2025 13:14

Proses SPMB Harus Gratis dan Transparan

SAMPIT — Dinas Pendidikan Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) menegaskan komitmennya…

Selasa, 13 Mei 2025 13:14

Koordinasi dengan Kemensos untuk Perbaikan Data Warga Miskin

SAMPIT— Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim)  berupaya memutakhirkan data warga…

Selasa, 13 Mei 2025 13:13

Tingkatkan Pelayanan Lewat Sharing Season RPAM

SAMPIT — PDAM Kotawaringin Timur (Kotim) terus berkomitmen meningkatkan kualitas layanan…

Selasa, 13 Mei 2025 13:13

Banjir Rob Ancam Teluk Sampit

SAMPIT — Ancaman banjir rob kembali mengintai wilayah pesisir Kabupaten…

Jumat, 09 Mei 2025 17:38

Apresiasi Panen Bioflok untuk Ketahanan Pangan

SAMPIT – Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) menyambut baik upaya…

Jumat, 09 Mei 2025 17:36

Dinkes Kotim Siagakan Obat dan Layanan Kesehatan Hadapi Penyakit Musiman

SAMPIT – Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Timur (Dinkes Kotim) meningkatkan…

Jumat, 09 Mei 2025 17:35

Prioritaskan Jemaah Lansia, Pemberangkatan Calon Haji Kotim Lewat Udara

SAMPIT – Sebanyak 218 calon haji asal Kotawaringin Timur (Kotim)…

Jumat, 09 Mei 2025 17:25

Pabrik Pakan Ikan Beroperasi, Harga Lebih Murah

SAMPIT - Pabrik pakan ikan milik Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur…

Jumat, 09 Mei 2025 17:23

Kader PKK Miliki Peran Mulia

SAMPIT — Bupati Kotawaringin Timur (Kotim) Halikinnor menegaskan pentingnya peran…

Jumat, 09 Mei 2025 17:23

Dharma Santi Momentum Pererat Kerukunan dan Persaudaraan

SAMPIT — Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mendorong generasi muda…

Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers