SAMPIT – Keluarga Jumiati (50), korban yang tenggelam di Perairan Sungai Mentaya, Sabtu (6/5), menolak jenazahnya divisum. Kejadian tersebut sudah jelas dan pihaknya sudah mengikhlaskan kepergiannya.
Jasad istri Hermansyah itu ditemukan sekitar pukul 09.30 WIB, Minggu (7/5), tak jauh dari lokasi karamnya kelotok pengangkut buah kelapa tersebut di Sungai Galapa, anak Sungai Mentaya. Jumiati langsung dibawa ke rumah duka Jalan Baamang Hulu I, Kelurahan Baamang Hulu, Kecamatan Baamang.
Pencarian dilakukan sejak pagi. Keluarga korban ikut berdatangan ke lokasi kejadian. Penyelam tradisonal, tim SAR, Polair Polres Kotim, dan PMI, menyisir lokasi di sekitar karamnya kelotok nahas tersebut. Jasad korban yang terlihat mengapung, langsung dikejar sebelum kembali tenggelam.
Ratusan orang berkumpul menyaksikan proses evakuasi. Jenazah Jumiati langsung dibawa menggunakan ambulans PMI Kotim menuju rumah duka. Suasana duka menyelimuti kediaman korban. Isak tanggis terdengar dari luar.
Setelah dimandikan dan disalatkan. Sekitar pukul 14.25 WIB, puluhan warga dan keluarga korban mengantarkan Jumiati ke liang kubur.
Sang suami, Hermansyah, masih syok sejak peristiwa nahas tersebut. Dia belum bisa dijumpai Radar Sampit. Dia masih sedih dan terpukul dengan kepergian istrinya.
”Suaminya ada di dalam rumah, tapi belum bisa ditemui. Setelah ditemukan, jasad kakak langsung di bawa ke rumah,” ungkap Husaini, adik kandung Jumiati.
Seperti diberitakan, kelotok pengangkut kelapa yang ditumpangi Hermansyah dan Jumiati dari Samuda, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, tenggelam setelah dihempas gelombang dari perahu berkecepatan tinggi saat melintas di Sungai Galapa, Sabtu (6/5). Hermansyah berhasil selamat, sementara istrinya hilang. (mir/ign)