SAMPIT – Kasus pembunuhan di Jalan DI Panjaitan, Gang Keluarga 2, Kelurahan MB Hilir, Kecamatan MB Ketapang, yang menewaskan Fajrianur Senin pagi (28/8), memasuki babak baru. Pasalnya, istri tersangka Sagita Barna, Sri (30), akan melayangkan gugatan cerai dalam waktu dekat.
Hal itu disampaikan langsung oleh Sri ketika ditemui di Polsek Ketapang, Rabu (30/8) siang. Sri mengaku sudah tidak tahan dengan suaminya, lantaran sudah lama ia menahan sakit hati karena sikap buruk suaminya itu yang suka membentak-bentak.
”Saya sudah tidak kuat. Sudah sangat lama saya sakit hati. Apalagi ada kejadian ini (pembunuhan), saya makin yakin untuk melayangkan gugatan cerai padanya (Sagita) dalam waktu dekat, jika proses pengamanan terhadap saya sudah selesai,” katanya.
Perlu diketahui, Sri saat ini menjalani masa perlindungan di Polsek Ketapang dalam tempo yang tidak ditentukan. Hal itu untuk mengamankannya dari hal-hal yang tidak diinginkan pascatragedi berdarah yang dilakukan oleh suaminya terhadap Fajrianur, kekasih gelap Sri.
”Kami (polisi) melakukan langkah perlindungan terhadap Sri, dengan cara membawanya untuk tinggal sementara waktu di Polsek Ketapang. Hal itu bertujuan untuk memberikan rasa aman terhadap Sri. Khawatirnya ada yang tidak terima dengannya (Sri), karena perbuatannya berselingkuh itu jadi ada yang meninggal. Kami akan mengizinkannya pulang jika sudah ada yang mampu bertanggung jawab terhadap keselamatan Sri,” jelas Kanit Reskrim Polsek Ketapang, Ipda M Romadhon, Rabu (30/8) pagi.
Sementara itu, tersangka saat diwawancarai di sel tahanan Polsek Ketapang mengaku masih mencintai istrinya itu. Ia bahkan mengaku sempat meneteskan air mata ketika ketiga anaknya mengunjunginya sehari sebelumnya.
”Saya masih mencintai istri saya, apapun yang terjadi. Saya juga belum berencana mengabulkan gugatannya. Meski seandainya ada aturan yang mengizinkan keinginannya itu dengan status saya yang sekarang ini. Tapi, dalam hati saya, saya masih mencintainya. Kemarin (Selasa), ketiga anak saya datang. Saya sempat menangis melihat mereka. Saya takut tidak bisa melihat mereka tumbuh,” kata Sagita dengan mata berkaca-kaca. (rm-83/dwi)